MEDAN (Waspada): Penanggulangan TBC (tuberkulosis) di Kota Medan butuh dukungan semua pihak. Hal ini diungkapkan oleh dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, Koordinator Substansi TBC dan ISPA Kemenkes pada kata sambutannya di pertemuan triwulan forum multisektor eliminasi TBC Kota Medan yang digelar Yayasan KNCV Indonesia (YKI) pada Rabu (9/3) di Santika Dyandra Hotel Medan.
“Penanggulangan TBC ini butuh edukasi, sosialisasi sehingga perlu bahasa yang tepat dan mudah dicerna oleh masyarakat. Kalau menggunakan Bahasa Kesehatan masyarakat susah mencerna. Sehingga dibutuhkan ulama, masyarakat untuk ikut serta memberikan edukasi, karena saat ini masih banyak stigma buruk terhadap penyakit ini, sehingga mereka yang menderita TBC tidak mau berobat, mereka sembunyi,” ungkapnya.
Sehingga Tiffany Tiara menyebutkan ia sangat senang dengan digelarnya pertemuan lintas sektor tersebut dan ia juga bangga karena tingginya perhatian pemerintah dalam menanggulangi penyakit ini.
Hadir juga Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Taufik Ririansyah yang menyatakan Dalam Strategi nasional pengendalian TB 2020-2024 upaya menuju eliminasi tuberkulosis di Indonesia pada 2030, seperti yang telah diamanatkan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024 dan strategi pembangunan kesehatan nasional akan tercapai dengan penerapan 6 strategi.
Di antaranya adalah penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, privins dan kabupaten kota untuk mendukung percepatan eliminasi tuberkulosis 2020, peningkatan akses layanan tuberkulosis bermutu dan berpihak pada pasien dan peningkatan peran serta komunitas, Mitra dan multisektor.
“Kita pemrintah Kota Medan telah membentuk forum multisektor percepatan eliminasi TBC Kota Medan melalui SK Walikota Medan tentang forum multisektor percepatan eliminasi tuberkulosis Kota Medan,” katanya.
Proses Percepatan Eliminasi
Sementara itu, Kasi P3M Dinkes Medan, Edy Yusuf menyatakan bahwa keterlibatan dari berbagai pihak dari OPD, seperti Bappeda, Litbang, Kesra, Dinas Pendidikan, Badan Perizinan Terpadu dikatakannya sudah nampak dalam kontribusi penanganan TBC di Kota Medan untuk proses percepatan eliminasi.
“Jadi dari litbang akan melakukan penelitian, dari dinas pedndidikan akan melakukan kegiatan sosial di sekolah tentang kegiatan TBC di masyarakat. Kemudian juga dengan OPD lain dan sektor swasta seperti Lions Club mereka melakukan pendampingan dan screening. Jadi kegiatan ini akan terus kita lakukan dengan menambah kegiatan mereka. Bagaimana kegiatan ini bisa berkesinambungan sampai tiba akhirnya eliminasi TBC itu bisa kita wujudkan,” tegasnya.
Kalau Medan gambaran kasus TBC-nya sebutnya di 2 tahun ini menurun dengan masa pandemi Covid-19 yang melanda.
“Di kondisi pandemi covid ruang gerak kita terbatas sehingga proses investagasi , pendampingan, sosialisasi itu tidak bisa kita lakukan, itu kendalanya selama pandemic. Tapi belakangan ini karena kondisi covid sudah mereda kita akan mulai kembali beraktivitas untuk melakukan pertemuan. Di lapangan pun kita sudah bisa melakukan penjaringan, pendampingan maupun sosialisasi kepada masyarakat,” jelasnya.
Dikatakan eliminasi ini tidak bisa dilakukan oleh dinas sendiri, kita harus melibatkan sektor terkait dan akan digandeng terus, sehingga implementasi dari Perpres No 67 tahun 2021 itu bisa diwujudkan membangun kemitraan dalam eliminasi TBC tahun 2030.(cbud)