JAKARTA (Waspada): Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali, membantah anggapan bahwa Piala Dunia U-20 2023 batal lantaran Tragedi Kanjuruhan. Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober di Malang seusai laga Arema FC vs Persebaya. Total 135 orang meninggal dunia akibat tragedi tersebut.
Amali menyatakan bahwa Tragedi Kanjuruhan bukan sebab FIFA mencabut status tuan rumah Indonesia untuk Piala Dunia U-20 2023. “Tidak ada. Kalau karena Kanjuruhan, begitu kejadian, tentu langsung dicabut. Tidak ada hubungan dengan Kanjuruhan,” ucap Amali, Kamis (30/3).
Amali yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga juga menekankan bahwa FIFA saat itu bahkan turun tangan langsung membantu Indonesia.
“Presiden FIFA datang menyatakan duka cita, menyatakan ikut prihatin dan membantu kita untuk transformasi. Ada tim yang datang dari FIFA untuk transformasi,” kata Amali.
FIFA memutuskan mencabut status tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 dari tangan Indonesia. Dalam pernyataannya, FIFA menyebut ‘situasi terkini’ jadi alasan pembatalan tersebut. Dalam beberapa hari sebelumnya, sejumlah pihak menyatakan penolakan terhadap kehadiran Israel di Indonesia, termasuk I Wayan Koster dan Ganjar Pranowo.
PSSI lalu memberikan kabar bahwa FIFA membatalkan acara drawing yang rencananya digelar pada 31 Maret. Tak lama kemudian, FIFA memutuskan mencabut status tuan rumah dari tangan Indonesia.
Cemaskan Sanksi FIFA
Di sisi lain, Zainudin Amali mencemaskan potensi sanksi yang berpeluang dijatuhkan FIFA kepada Indonesia, setelah badan sepakbola dunia itu membatalkan turnamen Piala Dunia U-20 di Tanah Air.
“Kita sudah tahu keputusan FIFA bahwa kita dicabut ketuanrumahan kita. Tinggal yang ditunggu tindakan susulan, tentu saya berharap jangan sampai kita kena sanksi berat,” kata Zainudin setelah menemui para pemain Timnas Indonesia U-20 di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (30/3).
Zainudin mengingatkan bahwa sebelumnya Indonesia sudah pernah dihukum FIFA pada 2015 karena pemerintah dianggap mengintervensi PSSI. Saat ini menurut Zainudin situasinya berbeda dan terdapat potensi hukuman yang lebih berat.
“Kita tahu (jika disanksi) maka tidak bisa main di pertandingan yang diatur oleh FIFA di semua level, dunia maupun Asean. Kita sudah tidak bisa lagi melaksanakan FIFA match day, negara lain yang anggota FIFA juga tidak mungkin datang ke sini. Kita tidak bisa ke luar,” ujarnya.
Menurut Zainudin, terdapat pula dampak sanksi lain yang mungkin diterima Indonesia yakni pada kompetisi-kompetisi yang dinaungi PSSI. “Kan ujung kompetisi itu terbentuknya timnas. Kalau timnas tidak bisa berkompetisi, ke luar dari event FIFA, tentu kita tidak melakukan pembentukan timnas. Itu yang paling berat buat kita di samping lain-lain,” tambah Zainudin.
“Jadi kita tidak bicara lagi Piala Dunia, tapi bagaimana menyelamatkan sepakbola Indonesia, Mohon doanya,” tambahnya. (m18/ant)