MEDAN (Waspada): Meraih gelar profesor bagi para akademisi bukan hal mudah. Perlu ada usaha ekstra, mulai dari memperbanyak karya di jurnal internasional, hingga harus menjadi pemateri di sejumlah universitas top dunia.
“Untuk jadi guru besar itu harus punya karya akademik, artinya tidak mudah untuk mendapatkannya, akumulasi dari semua aspek menjadi pertimbangan,” kata Rektor Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan, Dr HM. Jamil, MA kepada Waspada, Selasa (25/7), usai secara resmi meraih gelar Guru Besar atau Profesor Bidang Hukum Islam.
Raihan gelar akademik tertinggi itu tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor: 30774/M/07/2023 tentang kenaikan jabatan akademik/ fungsional dosen dan penetapannya Kemendikbud Ristek Nomor 929/E4/KP/GB/2023 tanggal 12 Juni 2023, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan diangkat dalam jabatan Profesor/Guru Besar.
Prof Dr HM. Jamil, MA, sendiri dalam pernyataan pribadinya mengungkapkan rasa syukur dan gembira atas pencapaian ini. Baginya gelar dan jabatan tersebut merupakan buah dari perjuangan ilmiah yang panjang dan penuh kerja keras.”Saya senang dan gembira bahwa saya bisa mencapainya. Ini merupakan perjuangan ilmiah yang menuntut kerja keras, kesabaran dan kearifan,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pencapaiannya ini. Semoga pencapaian ini bermanfaat bagi kemajuan lembaga dan dunia pendidikan. Katanya, untuk sampai ke jenjang ini merupakan akumulasi dari semua aspek akademik yang ia jalani.
Pengalaman Akademis
Prof HM. Jamil menuturkan pengalaman akademis antara lain, adalah, pernah mempresentasikan makalahnya di sejumlah universitas top dunia, seperi di Amerika Serikat, Jepang, dan Maroko.
Kemudian memberi kuliah beberapa semester di salah satu kampus di Malaysia dan Singapura, bahkan pernah memberikan pemikiran dihadapan parlemen Australia. Disamping itu, Prof HM. Jamil juga rajin menulis di jurnal nasional dan internasional, ditambah ia juga menulis sejumlah buku.
“Kegiatan akademik yang saya lakukan ini, diakumulasikan menjadi KUM 922, melebihi dari 850 yang menjadi standar minimal menjadi guru besar/profesor. Pengabdian masyarakat juga termasuk di dalamnya,” ungkapnya.
Aktivitas lain Prof HM. Jamil, MA adalah menjadi anggota Dewan Fatwa PB Al Jamiyatul Washliyah, anggota Komisi Fatwa MUI Sumut, Ketua Umum MUI Binjai, dan juga pernah memberi khutbah Jumat di hadapan Presiden RI Joko Widodo dan sejumlah menteri.
Sedangkan pengalaman jabatan akademik beliua adalah pernah menjabat sebagai dekan Fakultas Syariah IAIN SU 2009 s/d 2012, Ka. Prodi S2 dan S3 Hukum Islam UINSU 2014 s/d 2016, Dekan Fakultas Saintek UINSU 2016 s/ 2021, dan saat ini sebagai rektor UNIVA Medan.
Prof HM. Jamil, MA juga kerap kali melakukan kegiatan akademik ke luar negeri untuk meningkatkan keilmuan, seperti ke Turki, Thailand, Arab Saudi, dan Brunei Darussalam serta lainnya. Riwayat pendidikannya antara lain, meraih gelar sarjana (S1) di IAIN SU (UINSU sekarang) tamat 1991, S2 di International Islamic University Malaysia, S3 di UIN Jakarta.
Doa Orang Tua
Prof HM. Jamil mengatakan, keberhasilannya meraih jabatan tertinggi bagi seorang dosen tidak lepas dari doa dari kedua orang tua. Karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua saya almarhum H. Kuddin Siahaan, Umi saya almarhumah Hj. Saniah, yang telah mendidk dan membesarkannya.“Ya Allah tempatkanlah kedua orang tua saya ini di surga Mu,” ujarnya berdoa.
Ia juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Isterinya Dra. Hj. Rahdima yang memberikan support luar biasa dan kepada anak- anak serta saudara , teman- teman semua di UINSU, MUI Binjai, MUI Sumut, begitu juga kepada seluruh sivitas akademika UNIVA Medan. “Terakhir kepada guru- guru yang saya hormati dan muliakan,” tutupnya. (m19)