Scroll Untuk Membaca

Aceh

600 Penderita Kanker Dan Thalasemia Terima Bantuan Rp3,19 Miliar Dari BMA

600 Penderita Kanker Dan Thalasemia Terima Bantuan Rp3,19 Miliar Dari BMA
Salah seorang penderita thalasemia penerima bantuan dari BMA asal Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Muliadi (15) sedang melakukan transfusi darah di RSUZA, Rabu (15/10/2025). Waspada.id/Ist
Kecil Besar
14px

BANDA ACEH (Waspada.id): Sebanyak 600 penderita kanker, thalasemia, dan penyakit kronis lainnya dari seluruh kabupaten/kota di Aceh menerima bantuan biaya hidup dan transportasi dari Baitul Mal Aceh (BMA). Hingga September 2025, total bantuan yang telah disalurkan mencapai Rp3.199.738.000, yang terdiri atas Rp2,7 miliar untuk biaya hidup dan Rp499,7 juta untuk biaya transportasi selama pengobatan.

Anggota Badan BMA Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Mukhlis Sya’ya, Rabu (15/10/2025), menyampaikan, program bantuan bagi penderita penyakit kronis merupakan salah satu bentuk kepedulian BMA dalam mendukung masyarakat kurang mampu yang sedang berjuang melawan penyakit berat dan membutuhkan perawatan rutin, terutama bagi mereka yang berasal dari luar daerah dan harus bolak-balik ke rumah sakit.

“Program ini merupakan kegiatan berkelanjutan yang membutuhkan biaya rutin setiap tahun. Karena itu, BMA harus membatasi jumlah penerima hanya 600 mustahik per tahun, mengingat pendapatan zakat BMA menurun cukup signifikan, salah satunya akibat kenaikan nisab zakat,” ungkap Mukhlis.

Menurutnya, jumlah mustahik yang telah mengajukan permohonan bantuan ke BMA untuk program ini telah mencapai ribuan orang. Oleh karena itu, Mukhlis berharap Baitul Mal Kabupaten/Kota (BMK) juga dapat mengalokasikan anggaran untuk kegiatan serupa.

“Anggarannya bisa dialokasikan dari dana zakat maupun infak, tergantung kemampuan keuangan masing-masing BMK, agar dapat membantu mustahik di daerahnya yang belum bisa didanai oleh BMA,” jelasnya.

Sementara itu, Plh. Kepala Sekretariat BMA, Didi Setiadi, menjelaskan, bantuan diberikan setiap bulan dengan nilai Rp500 ribu per mustahik untuk biaya hidup. Selain itu, BMA juga menanggung biaya transportasi sesuai tarif Organda dengan sistem pembayaran berdasarkan kebutuhan riil penerima bantuan.

“Karena pendapatan zakat BMA menurun, kami baru dapat mengganti penerima dengan mustahik baru apabila dari hasil monitoring dan evaluasi ditemukan ada mustahik yang telah meninggal dunia, sudah tidak perlu berobat rutin lagi ke rumah sakit, atau dinyatakan sembuh,” jelasnya.

Ia juga mengimbau agar mustahik atau anggota keluarganya bersikap jujur dan segera melaporkan kepada BMA apabila kondisi tersebut terjadi, sehingga bantuan dapat dialihkan kepada penerima lain yang juga sangat membutuhkan.

“Tak lupa kami mengajak para hamba Allah yang hartanya telah mencapai nisab dan haul untuk menunaikan zakat melalui BMA. Insya Allah, jika pendapatan zakat dan infak BMA meningkat, maka jumlah mustahik yang dapat kami bantu juga akan semakin banyak,” kata Didi.

Sementara itu, dua bersaudara penderita thalasemia asal Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Muliadi (15) dan Darmiati (19), menyampaikan rasa terima kasih kepada BMA atas bantuan yang telah mereka terima selama sepuluh tahun terakhir. Muliadi mulai mendapatkan bantuan sejak berusia lima tahun, sementara kakaknya, Darmiati, telah menerima bantuan tersebut sejak berusia sembilan tahun.

“Alhamdulillah, bantuan dari BMA sangat berguna bagi kami yang harus menjalani transfusi darah beberapa kali dalam sebulan. Kami berharap ke depannya BMA terus dapat membantu kami, agar proses transfusi darah yang wajib dilakukan tepat waktu tidak mengalami hambatan,” pungkas Muliadi.(id66)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE