LHOKSEUMAWE (Waspada): Terhitung dari jumlah sekitar 752 kasus Balita Stunting tersebar di 4 Kecamatan Kota Lhokseumawe, Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti merupakan merupakan desa atau gampong yang paling tinggi ditemukan kasus Balita stunting dan gizi buruk juga permasalahan ibu hamil kurang energi.
Tingginya kasus Balita Stunting dan Gizi buruk di daerah penghasil ikan tepatnya dipesisir pantai Desa Pusong ini tidak hanya disebabkan persoalan kekurangan asupan gizi dan nutrisi ibu hamil.
Akan tetapi persoalan kebersihan lingkungan, dan sanitasi tidak baik di lingkungan tempat tinggal ibu hamil yang kumuh. Sehingga telah mendorong terciptanya kelahiran anak yang tidak sehat,yakni tingginya angka Stunting dan Balita Gizi buruk.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Safwaliza, terkait perkembangan kasus balita stunting, Selasa (25/6).
“Sebenarnya untuk penanganan stunting itu ada memang yang kecamatan yang tinggi angka stuntingnya itu di Kecamatan Banda Sakti di Desa Pusong. Tercatat di situ terbanyak anak-anak yang terpapar dengan stunting, sebanyak 39 kasus, “ ujarnya.
Dalam mempercepat penanggulangan kasus didesa tersebut, Pj Walikota Lhokseunawe A. Hanan dikatakan, Safwaliza telah memberikan arahan kepada petugas kesehatan untuk melakukan penanganan secara khusus, yakni meningkat penyuluhan dan pendampingan melalui pemanfaatan keberadaan Pustu dan Rumah gizi gampong didesa tersebut.
“Desa Pusong itu itu fokus kita fokus kita di samping desa-desa yang lain agar anak stunting itu bisa kita keluarkan dari zona rantingnya,” paparnya.
Terkait hal ituPj Wali Kota Lhokseumawe A. Hanan akan meresmikan satu Rumoh Gizi Gampong (RGG) di Desa Pusong Baru pada Selasa (25/6).
Safwaliza menerangkan, untuk penanganan balita Stunting yang ada 68 Desa tersebar di 4 wilayah kecamatan yakni Banda Sakti, Blang Mangat, Muara Dua dan Muara Satu. Maka pihaknya telah menetapkan penanggulangan secara khusus yang di fokus melalui melalui Pengembangan Rumah Gizi Gampong di Desa Pusong.
“Untuk itu penanganannya kita sama semua dalam penanganan stunting ini baik yang tinggi maupun yang rendah yaitu dengan memberi asupan pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal itu akan diberikan setelah dimasak oleh kader yang sudah terlatih dan itu akan diberikan setiap hari kepada anak-anak yang stunting, “ tuturnya.
Sesuai data terbaru Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, angka stunting tahun 2023 berjumlah 805 balita, namun saat ini turun menjadi 752 balita. Secara urutan, Kota Lhokseumawe kini menempati posisi kedua terendah kasus stunting di Provinsi Aceh. (b09)