KUALASIMPANG (Waspada): Bupati Aceh Tamiang, Mursil, SH, M.Kn menegaskan,
Aceh Tamiang merupakan kabupaten yang menjadi tonggak sejarah pengembangan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia, tepatnya di Sungai Liput pada tanggal 18 November tahun 1911.
“Hari ini, sejenak kita melihat bagaimana Aceh Tamiang menjadi tonggak utama dalam pengembangan kelapa sawit, khususnya menyelaraskan dalam aspek keberlanjutan,” ungkap Bupati Mursil saat memperingati hari sawit Indonesia ke-111, Rabu (14/12) di lapangan tribun kantor bupati setempat.
Disampaikannya, pertumbuhan industri sawit dinilai telah membantu kemajuan daerah-daerah yang terpencil, meningkatkan perekonomian bangsa dan membantu mengentaskan kemiskinan. Ini dibuktikan dengan kecilnya angka kemiskinan di Aceh Tamiang yang hanya sebesar 12 %, jauh di bawah Provinsi Aceh, fakta ini tidak terlepas dari luasnya sawit rakyat.
Mursil juga menginformasikan, bahwa Aceh Tamiang menjadi referensi atau contoh dalam pemberdayaan petani kelapa sawit bagi daerah lainnya di Indonesia.
“ Melalui kolaborasi multi pihak kita dapat bergotong royong untuk membangun serta mendorong sawit Indonesia tetap dalam koridor pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan dan industri, biasa ini memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat serta mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs),” sebut Mursil.
Pj Gubernur Aceh yang diwakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, A. Hanan mengatakan, saat ini keberadaan perusahaan kelapa sawit sangat dominan di Aceh dengan total 178 perusahaan dan luas HGU mencapai 359 ribu Ha.
Hanan menjelaskan, tercatat 140 ribu kepala keluarga di Aceh yang mata pencariannya bergantung di sektor sawit, usaha kelapa sawit sungguh sangat berperan menopang kehidupan rakyat, karena itu, pengembangan usaha sawit harus diperkuat agar kontribusinya bagi daerah lebih meningkat.
“Melalui momentum ini, saya mengajak dunia usaha sektor kelapa sawit untuk terus mengembangkan produk bahan jadi dari minyak nabati, jika kita mampu mengoptimalkan bahan jadi itu, nilai jual sawit pasti lebih meningkat sehingga akan mendorong kehidupan petani sawit lebih sejahtera,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Aceh Tamiang, Safuan mengatakan, pada peringatan hari sawit Indonesia ini dilakukan penyerahan 372 sertifikat ISPO dan RSPO kepada petani.
“Penyerahan 372 sertifikat ini merupakan pertama kali dilakukan di pulau Sumatera, selain itu diserahkan 1500 sertifikat program remis, 3000 Surat Tanda Daftar Budidaya (STBD) Perkebunan,” rinci Safuan.
Safuan juga menyebutkan, adapaun jumlah PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) yang dimulai sejak tahun 2019-2022 seluas 9306 Ha dengan jumlah petani sebanyak 4622 orang. “Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerjasama antar pemerintah, elemen terkait lainnya dan para petani,” pungkas Kadistanbunnak Aceh Tamiang.(b15).