Aceh

Adat Warga Pidie Tak Terkubur Lumpur

Adat Warga Pidie Tak Terkubur Lumpur
Warga Gampong Raya Paya, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, bergotong royong membersihkan lumpur pascabanjir di Gampong Meunasah Paga, Mutim, Minggu (28/12).Waspada.id/Muhammad Riza
Kecil Besar
14px

SIGLI (Waspada.id) : Di tengah upaya membersihkan lumpur tebal yang masih mengendap di rumah dan lingkungan, warga Gampong Meunasah Paga, Kecamatan Mutiara Timur (Mutim), Kabupaten Pidie, tetap menunjukkan keteguhan memegang nilai adat dan kearifan lokal.

Tradisi Peumulia Jamee (memuliakan tamu—red) tetap dijunjung tinggi dengan menyambut dan melayani para relawan yang datang membantu pascabanjir bandang 26 November 2025.

Banjir bandang tersebut tidak hanya merusak rumah dan fasilitas umum, tetapi juga meninggalkan endapan lumpur yang menutup akses jalan desa, parit, serta halaman rumah warga.

Kondisi ini membuat aktivitas masyarakat terganggu dan membutuhkan kerja bersama dalam waktu yang tidak singkat. Ratusan warga menjadirelawan dari empat gampong dalam Kemukiman Bungie, Kecamatan Simpang Tiga, yakni Gampong Meunasah Raya Paya, Mesjid Bungie, Lilep, dan Ujong Baroh, turut ambil bagian dalam gotong royong.

Masyarakar tersebut bergabung dengan aparatur sipil negara (ASN) Kabupaten Pidie yang dipimpin langsung oleh Bupati Pidie H. Sarjani Abdullah.MH,. Dengan peralatan seadanya, masyarakar, ASN, dan warga setempat membersihkan lumpur yang menutup badan jalan, saluran pembuang, serta rumah-rumah warga.

Kegiatan pembersihan dipimpin aparatur gampong bersama tokoh masyarakat setempat, sementara di sejumlah titik lumpur tebal masih menyulitkan proses evakuasi sisa material banjir. Meski berada dalam kondisi terbatas, warga Meunasah Paga tetap memperlihatkan sikap ramah dan penuh penghormatan kepada relawan.

Di sela-sela kegiatan gotong royong, warga menyuguhkan minuman dan makanan sederhana, seperti air kelapa muda dan roti. Bahkan, sebagian warga rela membagikan bantuan logistik yang mereka terima kepada relawan sebagai wujud rasa terima kasih dan penghormatan.

Tokoh masyarakat Meunasah Paga, Tgk Umar, mengatakan tradisi Peumulia Jamee dan budaya gotong royong merupakan warisan nilai yang telah lama mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh dan terus dijaga meskipun berada dalam situasi sulit pascabencana.

“Dalam kondisi musibah seperti ini, kami tetap saling membantu dan memuliakan tamu yang datang menolong. Itulah nilai yang diajarkan oleh adat dan agama,” ujarnya.

Sementara itu, Keuchik Gampong Raya Paya, Zulham, menyebutkan semangat warganya untuk membantu sesama tumbuh dari kesadaran kolektif dan kebersamaan antargampong. Menurutnya, kehadiran warga yang menjadi relawan merupakan bentuk kepedulian sosial yang lahir tanpa pamrih.

“Warga kami datang dengan niat tulus membantu saudara-saudara yang terdampak. Ini bukan sekadar gotong royong, tetapi juga wujud solidaritas dan persaudaraan,” kata Zulham.

Bupati Pidie H. Sarjani Abdullah mengapresiasi sikap masyarakat Meunasah Paga yang tetap menjaga nilai adat dan kebersamaan di tengah kondisi pascabencana. Menurutnya, semangat gotong royong yang ditunjukkan masyarakat menjadi modal sosial yang sangat penting dalam mempercepat proses pemulihan.

“Gotong royong adalah jati diri masyarakat Pidie. Dengan kebersamaan dan kepedulian, pemulihan pascabencana akan berjalan lebih cepat dan lebih kuat,” katanya.

Sejalan dengan upaya pemulihan tersebut, Bupati Pidie juga menginstruksikan seluruh aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pidie untuk kembali melaksanakan gotong royong massal di wilayah terdampak banjir pada Minggu (28/12/). Instruksi itu tertuang dalam surat Bupati Pidie tertanggal 24 Desember 2025 yang bersifat penting dan segera.

Dalam surat tersebut, Bupati meminta ASN dari seluruh satuan kerja perangkat kabupaten (SKPK), kecamatan, hingga aparatur gampong untuk turun langsung ke lokasi-lokasi yang telah ditetapkan oleh camat dan keuchik setempat. Gotong royong difokuskan pada pembersihan lumpur, sampah kayu, serta material lain yang masih menyumbat saluran pembuang, selokan, dan got di lingkungan permukiman warga.

Untuk menunjang kelancaran kegiatan, setiap SKPK dan kecamatan diwajibkan membawa peralatan kerja seperti cangkul, sekop, parang, dan gerobak sorong. Sementara itu, pengaturan transportasi dan konsumsi ASN diserahkan kepada masing-masing instansi dan kecamatan.

Bupati Pidie juga menekankan pentingnya pendokumentasian kegiatan gotong royong sebagai bentuk laporan dan evaluasi. Dokumentasi berupa foto sebelum, saat, dan setelah kegiatan dilaksanakan diminta untuk disusun dalam satu halaman dan dilaporkan melalui koordinator masing-masing kepada Bupati Pidie melalui Sekretaris Daerah.

Selain pembersihan lingkungan, Pemerintah Kabupaten Pidie terus melakukan pendataan terhadap kerusakan rumah warga dan fasilitas umum akibat banjir bandang. Warga berharap pemerintah segera melakukan penanganan lanjutan, terutama normalisasi sungai, perbaikan drainase, serta penguatan tanggul di titik-titik rawan, guna mencegah terulangnya bencana serupa di masa mendatang. ( id69)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE