BLANGPIDIE (Waspada): Dilaporkan, tingkat angka kematian ibu dan bayi di Aceh Barat Daya (Abdya), tahun 2021 lalu, menurun (rendah) dibandingkan tahun 2020 lalu.
Dimana, data diterima Waspada, Senin (7/2) dari Dinas Kesehatan Abdya diketahui, tahun 2020 lalu, angka kematian bayi mencapai 32 orang. Sedangkan angka kematian ibu hanya 2 orang. Sementara tahun 2021, angka kematian bayi menurun 4 orang, yakni hanya menyisakan 28 orang. Sedangkan angka kematian ibu tahun 2021, meningkat 5 orang dari tahun sebelumnya, menjadi 7 orang ibu.
Kepala Dinas Kesehatan Abdya, Safliati SST MKes melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Herlina STrKeb (foto), ditemui Waspada di ruang kerjanya mengatakan, angka kematian ibu dan anak di ‘Nanggroe Breuh Sigupai’ termasuk rendah, dari target nasional, hanya berkisar 10 per 100 ribu kelahiran hidup. “Target nasional kita adalah, untuk ibu berada di 217 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan untuk anak berada di 19,5 per 1000 kelahiran hidup,” ungkapnya.
Didampingi tenaga ahli kesmas fungsional Cut Rika Andriani, Herlina menguraikan, kasus kematian ibu pertama tahun 2021 lalu, terjadi pada tanggal 3 Februari, korban berinisial MD, 32, warga Desa Seuneulop, Kecamatan Manggeng. Penyebab kematian phenomia shok sepsis. Kasus kedua di Desa Krueng Batee, Kecamatan Kuala Batee pada tanggal 10 februari. Korban HM, 37. Penyebab, pendarahan dan diabetes melitus (DM).
Kasus ketiga juga di Kecamatan Kuala Batee, Desa Tengah pada tanggal 5 Maret. Korban NH, 38. Penyebab, pendarahan dan syok hipopolemik. Kasus keempat di Desa Cot Bak U, Kecamatan Lembah Sabil tanggal 18 Mei. Korban CME, 37. Penyebab, sesak berat dan penyakit penyerta. Kasus kelima di Desa Cot Seumantok, Kecamatan Babah Rot tanggal 21 Juni. Korban ML, 21. Penyebab, pendarahan post partum. Kasus keenam di Desa Lampoh Drien, Kecamatan Susoh tanggal 15 Agustus. Korban MSY, 31. Penyebab, suspeck Covid-19. Terakhir di Desa Keudee Barou, Kecamatan Kuala Batee tanggal 19 Agustus. Korban NES, 37. Penyebab, pendarahan post partum. “Satu orang ibu meninggal di Puskesmas Babah Rot. Sementara 4 lainnya meninggal di RSUTP Abdya,” ungkap Herlina.
Sedangkan kasus kematian anak lanjut Kabid Herlina, tercatat ada sebanyak 28 kasus. Dengan umur korban bervariasi, dari umur 1 jam, hingga umur 9 bulan. Demikian juga riwayat kematiannya beragam, demam, sesak, infeksi paru, RDS dan suspeck HMD, disfagia croup, asfiksia, BBLR, BBLR/asfiksia, penomonia, aspira penomia, BBLR/premature, gagal kardiopumonal, BBLR/suspeck aspirasi, pheuomonic plus dehidrasi sedang plus kejang, lahir mati, chongenital hearth desease, premature, hipotermi dan sepsis dehidrasi berat. “Tempat kematian bayi ada yang dirumah, di Bidan Praktek Swasta (BPS), dalam perjalanan rujukan, RSUZA, RSUTP dan RSIA,” sebutnya.
Dalam kesempatan itu, Kabid Herlina menekankan kepada para bidan yang bertugas di Abdya khususnya, agar lebih menfokuskan diri pada kesehatan ibu dan bayi. Dimana katanya, bidan memainkan peran yang tak kalah penting dalam mengurangi kematian ibu dan bayi. “Ibu hamil harus rutin memeriksakan kesehatannya selama mengandung ke dokter atau bidan, sehingga jika ada sesuatu yang berjalan tidak semestinya, bisa ditangani sedini mungkin,” ujarnya.
Herlina juga mengatakan, tingginya angka kematian ibu dan anak tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi, mulai dari fase sebelum hamil, yaitu kondisi wanita usia subur yang anemia, kurang energi kalori, obesitas, memiliki penyakit penyerta seperti tuberkulosis.
Demikian juga, selama hamil, ibu juga mengalami berbagai penyakit seperti hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes, infeksi, dan penyakit jantung. “Untuk itu, kami ulangi lagi, peranan bidan sangat menentukan. Bidan dapat membantu secara substansial menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta lahir mati,” demikian Kabid Kesmas Herlina. (b21)











