BLANGPIDIE (Waspada): Sejak beberapa hari terakhir, belasan hektare (ha) areal persawahan penduduk, di hamparan Paya Laot, Desa Lhueng Barou, Kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya (Abdya), direndam banjir luapan.
Informasi diterima Waspada Senin (5/9) diketahui, belasan ha areal persawahan penduduk yang baru saja ditanami sekitar seminggu yang lalu tersebut, direndam banjir luapan dari saluran sekunder, jaringan irigasi Krueng Manggeng, yang berada di sepanjang jalan nasional di kawasan itu.
Banjir luapan yang merendam belasan ha areal persawahan penduduk di kawasan itu, sudah terjadi sejak Jumat (2/9) lalu, akibat hujan deras yang melanda daerah Abdya dan sekitarnya. Akibatnya, kawasan Paya Laot yang memang sering menjadi langganan banjir luapan tersebut, direndam hingga Senin (5/9).
“Dapat kami pastikan, akibat rendaman banjir luapan ini, padi yang sudah kami tanam kisaran dua minggu lalu, sudah tidak bisa diharapkan lagi. Biasanya memang demikian. Biasanya juga, paska banjir surut nantinya, kami akan menanam ulang,” ungkap Edi Yusra, salah seorang warga tani setempat.
Menurut Daod, warga tani lainnya, areal persawahan di kawasan Paya Loat dimaksud, memang sudah sering terjadi. Bahkan masyarakat yang melintasi jalan Nasional Lintas Banda Aceh-Medan, juga tidak asing lagi saat menyaksikan pemandangan genangan banjir, yang menyerupai danau tersebut. “Ini sudah ‘penyakit’ musiman bagi warga tani daerah ini. Kami berharap, ‘penyakit’ ini segera ada solusinya dari Pemkab Abdya,” harap Daod.
Abdullah Mufar, salah seorang pemilik lahan terluas di kawasan itu mengatakan, salah satu penyebab dari genangan banjir yang melanda kawasan itu disebabkan saluran sekunder jaringan DI Krueng Manggeng di kawasan itu, kian dangkal. Demikian juga, tebalnya sendimen, termasuk gorong-gorong saluran air, tepatnya dibawah badan jalan Nasional Lintas Sumatra, juga kian dangkal.
Dikatakan Abdullah Mufar, persoalan areal persawahan Paya Loat, bukan hal baru lagi bagi warga petani di daerah itu. Dimana katanya, setiap tahun pemandangan seperti ini terjadi. Sebab, air mudah sekali terhambat, hingga meluap ke areal persawahan. “Jika gorong-gorong dibawah badan jalan itu dibangun lebih tinggi dan dalam, bisa jadi tidak akan seperti sekarang lagi,” sebutnya.
Parahnya lagi, lanjut alumnus Fakultas Pertanian Unsyiah Banda Aceh ini, saat sudah mendekati masa panen, padi yang terendam air tidak bisa langsung dipanen, baik menggunakan mesin pemotong atau memakai jasa tukang potong. Hal itu dikarenakan tanaman padi rata-rata roboh hampir rata dengan tanah. “Disamping itu, tanaman padi paska direndam sudah lembek,” ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah bisa segera mencari solusi, agar areal persawahan Paya Laot ini tidak menjadi sasaran luapan air lagi ketika musim penghujan. “Kami sudah berkali-kali bermohon, namun belum ada solusi. Kami rasanya sudah pesimis kalau masalah ini akam teratasi,” pungkasnya.(b21)












