BANDA ACEH (Waspada.id): Sebanyak 270 siswa-siswi dari delapan kabupaten/kota di Aceh ambil bagian dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat provinsi Aceh, yang digelar oleh Balai Bahasa Aceh, di Hotel A Yani Banda Aceh, Sabtu (22/11/25).
Delapan kabupaten/kota yang ikut sebagai peserta tingkat SD dan SMP pada FTBI dengan tema “revitalisasi bahasa gayo dan Aceh, itu yakni, Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Aceh Barat, Bireun, Gayo Lues, Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah.
FTBI ini menampilkan enam materi perlombaan yang telah ditetapkan yaitu lomba mendongeng, menulis cerita, menulis dan membaca puisi, pidato, komedi tunggal dan tembang tradisi. Para pemenang dalam FTBI tingkat Provinsi Aceh, selanjutnya akan mengikuti FTBI Tingkat Nasional di Jakarta pada Februari 2026 mendatang.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh Drs. Umar Solikhan, M.Hum, mengatakan, sasaran Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) pada FTBI adalah generasi /penutur muda supaya generasi muda dapat meningkatkan sikap positif, menjadi penutur aktif, mempelajari, menjaga kelangsungan hidup dan turut mengembangkan bahasa dan sastra daerah dengan menciptakan kreativitas dan inovasi.

“Karenanya, dengan pelaksanaan RBD melalui FTBI semakin tumbuh tunas-tunas bahasa ibu yang tertanam rasa cintanya terhadap bahasa daerah yang dimilikinya dan menjadi generasi unggul yang menjadi penopang kuat bagi kelestarian bahasa daerahnya dimasa mendatang,” ujar Umar Solikhan.
Lebih lanjut Umar mengatakan, FTBI itu hanya pemantik supaya generasi muda bersemangat untuk melestarikan bahasa daerah dengan menyenangkan.
Selain itu, FTBI ini sudah dimasukkan dalam bagian Manajemen Talenta Nasional (MTN) Kemendikdasmen yang para juaranya akan disejajarkan dengan juara bidang-bidang lainnya. Seperti olimpiade (mtk,ipa dll), juara bidang olah raga dan bidang lain (juara FLS3N)
“Artinya, para juara FTBI (sesuai dengan tingkatannya) nantinya akan punya peluang untuk pengembangan talenta tingkat nasional dan bisa menggunakan sertifikatnya untuk melanjutkan pendidikan melalui jalur prestasi, tutur Umar Salikhan.
Kecuali itu, Umar Salikhan, menyebutkan, bahwa memilih bahasa Aceh dan Gayo sebagai bahasa daerah penutur terbesar pertama dan kedua di Provinsi Aceh untuk direvitalisasi dengan dasar pertimbangan hasil status kajian vitalitas bahasa pada tahun 2019, yang menunjukkan bahwa bahasa Aceh dan Gayo berada pada posisi rentan. “Untuk itulah kami mengajak seluruh pemangku kebijakan dan pemangku kepentingan di wilayah Provinsi Aceh untuk bersama-sama berusaha mendongkrak kembali posisi vitalitas bahasa yang kita miliki, yaitu bahasa Aceh dan Gayo agar kembali ke status aman,” ujarnya.
Sementara Gubernur Aceh diwakili Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Syaridin, SPd, MPd mengatakan, FTBI adalah upaya bersama untuk menanamkan rasa cinta dan kebanggaan pada bahasa daerah sejak usia dini .
Untuk itu, kegiatan ini sangat penting karena di tengah arus globalisasi dan modernisasi dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan bahasa ibu yang menjadi jati diri. “Melalui FTBI ini kita berupaya agar bahasa ibu tetap lestari dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh generasi muda kita,” pinta Syaridin.
Selain itu, lanjut Syaridin, kita semua menyadari bahwa ditengah perubahan zaman yang sangat cepat , bahasa daerah kita menghadapi ancaman. Apabila tidak dijaga, besar kemungkinan bahasa daerah ini akan kehilangan daya hidupnya, ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Gubernur berpesan teruslah berkarya, teruslah belajar, jadikan festival ini sebagai pengalaman berharga untuk mengenal lebih dekat akar budaya kita. Menang atau tidak menang bukanlah tujuan akhir. Yang terpenting adalah bagaimana adik-adik sekalian dapat menjadi duta bahasa yang mampu menjaga dan melanjutkan warisan budaya Aceh untuk masa depan, demikian Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang disampaikan Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Syaridin.
(Id66)












