ACEH UTARA (Waspada.id): Sejak tanggal 19 November hingga 25 November 2025, Aceh Utara diguyur hujan deras hingga menyebabkan 8 kecamatan dilanda banjir. Banjir yang melanda 8 kecamatan itu bukan disebabkan oleh luapan air sungai, namun lebih disebabkan oleh gaya hidup masyarakat yang belum sadar lingkungan akibat matinya budaya gotong royong di tengah kehidupan masyarakat saat ini.
Delapan kecamatan yang dilanda banjir akibat genangan air hujan yaitu Kecamatan Seunuddon, Tanah Jambo Aye, Baktya Barat, Langkahan, Samudera, Syamtalira Aron, Lapang dan Kecamatan Muara Batu.
Contoh gaya hidup masyarakat yang belum sadar lingkungan yaitu membuang sampah bukan pada tempatnya hingga menyebabkan hampir seluruh drainase dan saluran pembuang tidak berfungsi karena tersumbat.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara, Fuad Muchtar melalui Kepala Bidang Rehab dan Rekon, Azwar. “Pantauan kami hingga saat ini kondisi seluruh sungai di seluruh Aceh Utara dalam keadaan normal, tidak ada luapan dan belum ada tanggul sungai yang jebol atau patah. Jadi, banjir yang terjadi di 8 kecamatan bukan disebabkan oleh luapan air sungai tapi akibat genangan air hujan,” sebut Azwar.

Melalui Waspada.id, Azwar meminta masyarakat di seluruh Aceh Utara terutama di 8 kecamatan yang sedang dilanda banjir genangan air hujan dapat menghidupkan kembali budaya gotong royong yang sudah lama mati di tengah masyarakat.
“Ayo kita hidupkan kembali budaya gotong royong keuneubah indatu (peninggalan orang tua dulu) dengan membersihkan seluruh drainase dan saluran pembuang yang ada di lingkungan masing-masing, agar kita terhindar dari bencana banjir seperti yang sedang kita alami saat ini.,” ajak Azwar dengan penuh harap.
Azwar menambahkan, fasilitas drainase dan saluran pembuang yang sudah dibangun oleh pemerintah harus dijaga dan dirawat agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Seluruh fasilitas itu dapat dijaga dengan menghidupkan kembali budaya gotong royong.
“Tugas menjaga fasilitas menjadi tanggung jawab bersama. Tidak mungkin pemerintah mampu menyediakan anggaran untuk pembersihan saluran pembuang dan drainase di lingkungan masyarakat. Persoalan ini hanya dapat diatasi dengan menjadikan tugas ini sebagai tanggung jawab bersama,” kata Azwar berulang-ulang.
Jika ini tidak dilakukan, maka setiap datang musim penghujan akan selalu terjadi banjir dan banjir akan menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat sendiri, contohnya seluruh areal persawahan dan tambak tenggelam hingga menyebakan gagal panen atau gagal tanam. “Sesuai laporan BMKG, hingga Desember masih dalam kondisi hujan,” kata Azwar memberitahukan.
Sebelum mengakhiri wawancara dengan Waspada.id, Azwar kembali memberitahukan tentang kondisi debit air di seluruh sungai yang ada di Aceh Utara hingga berita ini diturunkan masih normal dan tidak ada tanggul sungai yang patah atau jebol. Di Aceh Utara terdapat beberapa sungai yaitu Sungai Krueng Jambo Aye, Krueng Peuto, Krueng Keureuto, Kruenag Sawang dan Krueng Pase. (id70)












