SIGLI (Waspada.id): Bencana banjir besar yang melanda 18 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Pidie pada 26 November 2025, menyisakan kerusakan serius terutama di sektor pertanian. Kecamatan Kembang Tanjong termasuk wilayah yang mengalami dampak paling berat, dengan total 218 hektare sawah rusak parah akibat tertimbun lumpur.
Camat Kembang Tanjong, Fauzi Harfa, Rabu (11/2), melaporkan kerusakan tersebut tersebar di 18 gampong dengan rincian sebagai berikut: Gampong ( desa-red) Puuk 25 hektare, Tanjong 18 hektare, Kandang 6 hektare, Bentayan 5 hektare, Lamkawe 8 hektare, Keureumbok 2,5 hektare, Blang Cut 22 hektare.
Lalu, Geulumpang 34 hektare, Aron Kuta Baro 7 hektare, Jurong Bale 35 hektare, Meuraksa 7 hektare, Meunasah Mee 5 hektare, Meunasah Baro 5 hektare, Sukon 4,5 hektare, Meunasah Manyang 4 hektare, Meunasah Gantung 8 hektare, Aron Asan Kumbang 10 hektare, dan Barat 12 hektare.

Kerugian Petani Sangat Besar
Menurut Camat Fauzi, bencana ini bukan sekadar kegagalan panen dan gagal tanam tetapi menjadi pukulan ekonomi yang menghantam kehidupan mayoritas warga yang menggantungkan pendapatan pada sektor pertanian.
“Kita bicara tentang modal tanam, biaya pupuk, tenaga kerja, dan harapan keluarga selama berbulan-bulan. Semua hilang dalam sekejap,” tegasnya.
Ia memastikan bahwa para petani kini berada pada kondisi paling sulit. Selain kehilangan hasil panen, mereka juga tidak memiliki modal cadangan untuk memulai musim tanam berikutnya.
Warga Tidak Bisa Dibiarkan Sendiri
Fauzi meminta pemerintah kabupaten dan provinsi segera turun tangan untuk membantu pemulihan ekonomi petani Kembang Tanjong.
“Warga kita tidak bisa dibiarkan menghadapi ini sendiri. Kerusakan ini terlalu besar untuk ditanggulangi tanpa bantuan negara,” ujarnya menyerukan.
Ia mengusulkan agar pemerintah segera menyalurkan bantuan benih, menghadirkan alat berat untuk pembersihan sedimen, serta memberikan dukungan khusus untuk pemulihan ekonomi petani terdampak.

Kondisi Sawah Memilukan
Camat Fauzi yang turun langsung ke lokasi menggambarkan kondisi persawahan yang kini berubah menjadi hamparan lumpur kecokelatan. Di beberapa titik, batang padi tampak menyembul namun sudah membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap.
“Ini bukan kerusakan biasa. Ini kehancuran sektor pertanian kita,” katanya menggambarkan situasi di lapangan.
Fauzi menegaskan bahwa prioritas utama pemerintah kecamatan saat ini adalah memastikan petani mendapatkan perhatian dan bantuan pemulihan yang memadai.
“Saya minta pemerintah hadir. Kalau petani kita jatuh, seluruh ekonomi kecamatan ikut runtuh,” tegasnya.
Sebagai salah satu sentra produksi pangan di Kabupaten Pidie, ia berharap langkah pemulihan terpadu dapat segera dilakukan sebelum musim tanam selanjutnya dimulai.(id69)











