PEUREULAK (Waspada): Sebanyak 183 etnis Rohingya asal Myanmar, yang didaratkan melalui Kuala Matang Peulawi, Peureulak, Aceh Timur, akhirnya direlokasi ke Pidie, Senin (27/3) malam.
Awalnya, mereka sengaja diturunkan di perairan Selat Malaka atau sekitar 500 meter dari pantai. Lalu, seluruh etnis Rohingya berenang hingga sampai di pantai Kuala Matang Peulawi, sekira pukul 03:45. Setelah ditampung sementara di kompek masjid, lalu seluruh etnis rohingya itu di relokasi ke Pidie, sekira pukul 23:00.
Kepala Dinas Sosial Aceh Timur, Ir Elfiandi, Sp.1, dikonfirmasi mengatakan, seluruh etnis Rohingya itu direlokasi ke Pidie. Mereka dibawa dengan menggunakan sejumlah bus milik Pemkab Aceh Timur, dengan menempuh 5-6 jam perjalanan darat Jalinsum Banda Aceh – Medan.
“Proses relokasi etnis Rohingya ini difasilitasi pihak IOM bersama para pihak dan dibantu aparat keamanan dari TNI/Polri, Satpol PP, TKSK, PMI dan TNI-AL serta Relawan RAPI,” ujar Elfiandi.
Menurutnya, relokasi 183 etnis Rohingya tersebut sesuai kesepakatan bersama setelah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Kabupaten Pidie. Hal tersebut juga mengingat daerah penghasil melinjo itu telah memiliki etnis Rohingya yang mendarat sebelumnya di Pidie.
“Pemkab Pidie, juga saat ini memiliki barak penampungan yang layak dan telah memenuhi standar penampungan pengungsi dunia. Jadi, seluruh etnis rohingya yang ditampung sementara di Aceh Timur sejak tadi pagi akan di relokasi ke Pidie,” sebut Elfiandi.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, 183 etnis Rohingya diangkut dalam sebuah kapal dari Myanmar ke Malaysia. Setelah berhari-hari berlayar, akhirnya mereka dipaksa turun di perairan Kuala Matang Peulawi, Peureulak, Aceh Timur, Senin (27/3) sekira pukul 03:45.
Ke-183 etnis Rohingya tersebut rinciannya 60 wanita, 24 anak-anak dan 99 pria dewasa. Ketika didaratkan, salah satu dari etnis Rohingya tersebut mengalami sesak. Namun setelah mendapatkan perawatan dari petugas medis, akhirnya pengungsi dunia itu pulih kembali.
Selama dalam penampungan sementara di pesisir Peureulak, warga memberi pakaian layak pakai. Melihat mereka lemas akibat kelaparan, aparat desa memutuskan untuk memberinya makan dan membekali air minum. Mereka juga dipisahkan antara pria dan wanita. Bahkan, wanita yang memiliki bayi disiapkan ruang khusus dalam surau di dalam komplek masjid setempat. (b11)











