SIGLI (Waspada): Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh akan menambah memasang penghalau (barrier) jenis kawat kejut sepanjang 20 Km, beberapa titik yang memiliki intensitas tinggi konflik antara gajah liar dengan manusia di Kabupaten Pidie.
Sejurus dengan itu, BKSDA Aceh juga akan memasang kalung GPS pada kawanan gajah liar yang hidup berkelompok di sejumlah kawasan di daerah tersebut.
“ Pemasangan kawat kejut ini merupakan, program lanjutan. Sebelumnya di Pidie juga sudah dipasang kawat kejut di beberapa kawasan,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pidie, Firman Maulana.
Pernyataan itu disampaikan Firman Maulana usai menghadiri acara rapat koordinasi penanggulangan konflik gajah dengan manusia melalui inisiatif koridor hidup liar di Kabupaten Pidie di Oprom Kantor bupati Pidie, Selasa (8/3).
Acara yang dibuka Wakil Bupati Pidie Fadhlullah, TM Daud, ST, Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto, Kabag Tata Pemerintahan Kabupaten Pidie, Almanza, dan sejumlah pejabat terkait lainnya.
Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto, usai menghadiri rapat dimaksud di Oproom kantor bupati Pidie, menuturkan tidak ada solusi tunggal dalam penanganan konflik satwa liar dengan manusia. Namun kata dia, di tahun ini ada beberapa penanggulangan yang kita lakukan, diantaranya pemasangan 20 Km kawat kejut dan pemasangan GPS solar di beberapa kawasan di Kabupaten Pidie. “GPS Solar ini untuk mendeteksi pergerakan dari gajah liar,” katanya.
Sebelumnya sudah dipasang GPS solar pada satu ekor gajah liar yang ada di kawasan Mila yang jalurnya ke Seumileuk. Pada tahun ini akan dipasang GPS Solar pada kelompok gajah liar yang arah ke Blang Rawe. Untuk konfrensifjangka Panjang sedang melakukajian bersama pemerintah Provinsi Aceh dan kabupaten terkait dengan kawasan koridor.
“Di mana kita mendelegasi kawasan di luar hutan yang menjadi penghubung antara kawasan di luar hutan dengan kawasan di luar hutan, itu nanti akan menjadi areal yang menjadi komitmen kita jaga agar harmonisasi dapat terjadi di sana,” ujarnya.
Wakil Bupati Pidie, Fadhlulah menyambut baik adanya rapat koordinasi penanggulangan konflik gajah liar dengan manusia melalui inisiatif koridor hidup liar. Menurut dia, persoalan konflik gajah liar dengan manusia intensitasnya sangat tinggi di Pidie. Jadi karena sesuai dengan kewenagannya maka dalam rapat koordinasi tersebut diundag semua Keuchik (kepala desa) dan camat yang memang terdampak dari konflik tersebut. “ Ada kebun keluarganya yang sudah rusak akibat konflik. Kan mereka itu rata-rata mengeluh semua karena ad ataman di kebun yang dirusak, dan ini menjadi prihatin kita semua,” katanya.
Karena itu kata Fadhlullah, Pemkab Pidie memfasilitasi dengan mengundang Fauna dan Flora International (FFI), CRU Aceh, dan beberapa instasi terkait lainnya. Dalam rapat tersebut Fadhlullah menyambut baik program lanjutan BKSDA yang segera action melanjutkan pembangunan kawat kejut dan GPS Solar.
Lanjut dia, sejatinya menyelesaikan konflik gajah liar dengan manusia tidak bisa serta merta, tetapi ini adalah titik awal bukti keseriusan dari pemerintah yang terus ditagih pihaknya agar ada perhatian khusus untuk Pidie dalam hal penanganan konflik satwa liar gajah dan manusia. (b06)











