KOTA JANTHO (Waspada.id): Bupati Aceh Besar H. Muharram Idris menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan pelatihan ekonomi kreatif bertema “Dari HP Jadi Karya Bercerita” Kreatif Santri Indonesia yang diselenggarakan oleh Direktorat Penerbitan dan Fotografi berada di bawah Deputi Bidang Kreativitas Media, yang merupakan bagian dari Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
“Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Kemenparekraf dan seluruh jajaran yang telah memprakarsai kegiatan positif ini. Pelatihan ini akan sangat bermanfaat bagi para pemuda dan santri dalam menghadapi era digital yang semakin maju dan berkembang saat ini,” ujar Muharram Idris pada pembukaan Pelatihan Ekonomi kreatif oleh Menteri Kemenparekraf Teuku Riefky Harsya, di Hotel The Pade, Aceh Besar, Selasa (25/11).
Menurutnya, kegiatan tersebut tidak hanya membekali santri dengan ilmu agama, tetapi juga kemampuan praktis dan keterampilan modern yang dibutuhkan dalam industri kreatif, khususnya fotografi dan pembuatan konten digital menggunakan smartphone.

“Melalui kegiatan ini, para santri dapat menjadi bagian dari penggerak ekonomi kreatif melalui kreativitas dan inovasi. Mereka harus mampu memanfaatkan teknologi, membuat konten yang kreatif, menarik, serta memiliki nilai ekonomi,” lanjutnya.
Syech Muharram menyebutkan, tantangan yang dihadapi pelaku UMKM dan kreator lokal di Aceh Besar seperti keterbatasan modal, fasilitas pendukung usaha, serta akses pemasaran produk. Ia berharap kementerian dapat membantu menghadirkan fasilitas Creative Hub di Aceh Besar sebagai pusat kegiatan dan pengembangan ekonomi kreatif.
“Banyak pelaku usaha di Aceh Besar, baik pemuda maupun ibu-ibu rumah tangga, menghasilkan produk kreatif seperti kerajinan tangan dan cinderamata yang bernilai tinggi. Namun pemasaran mereka masih terbatas. Kami berharap pemerintah pusat dapat membantu memperluas akses promosi hingga tingkat nasional,” ungkapnya.
Di akhir sambutannya, Syech Muharram mengucapkan terima kasih kepada Menteri ekonomi kreatif dan seluruh rombongan yang telah memilih Aceh Besar sebagai lokasi kegiatan pelatihan ekonomi kreatif ini. “Semoga kehadiran Bapak Menteri dan kegiatan ini memberikan manfaat besar bagi perkembangan ekonomi kreatif di Aceh Besar dan menjadi langkah awal lahirnya lebih banyak talenta kreatif dari dayah dan pesantren,” turupnya.
Sementara Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi, Teuku Riefky Harsya mengatakan, pelatihan ekonomi kreatif ini merupakan bentuk komitmen pemerintah pusat dalam memperkuat sektor ekonomi kreatif di Aceh. Menurutnya, potensi dan bakat generasi muda Aceh, termasuk para santri, sangat besar dan perlu difasilitasi agar dapat berkembang dan menghasilkan nilai ekonomi.

“Saat ini, banyak sekali muncul pegiat ekonomi kreatif dari kalangan generasi muda. Kami melihat anak muda Aceh memiliki talenta besar. Mereka bukan hanya kreatif, tetapi juga mampu menjadikan karya sebagai sumber penghasilan yang layak, bahkan bisa melampaui standar upah minimum,” ujarnya.
Menteri Rizky juga mengungkapkan bahwa awalnya Aceh tidak termasuk dalam 12 provinsi prioritas pengembangan ekonomi kreatif. Namun setelah dilakukan evaluasi, pemerintah memasukkan Aceh bersama Papua dan Maluku sebagai wilayah prioritas baru. “Alhamdulillah, Presiden menyetujui usulan tersebut karena melihat potensi ekonomi kreatif Aceh yang sangat besar,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Rizky memaparkan perkembangan tren industri kreatif di Indonesia. Menurutnya, dalam lima tahun terakhir, lebih dari 50% lulusan perguruan tinggi memilih bekerja di industri kreatif meskipun tidak sesuai dengan jurusan yang ditempuh. “Hal ini menunjukkan besarnya peluang ekonomi di sektor tersebut,” pintanya.
Kemenparekraf saat ini telah menjalankan sejumlah pilot project pemberdayaan santri melalui pelatihan voice over, pembuatan konten, fotografi, hingga pengembangan platform digital. Pelatihan fotografi di Aceh Besar menjadi bagian dari program yang akan direplikasi secara nasional apabila dinilai berhasil.
“Hari ini bukan hanya pelatihan teknis fotografi, tetapi juga bagaimana karya tersebut memiliki nilai komersial. Dengan teknologi yang ada, sebuah smartphone bisa menjadi sarana kreativitas sekaligus sumber pendapatan,” jelasnya.
Teuku Riefky Harsya berharap para peserta dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengembangkan potensi diri serta menjadikan kreativitas sebagai sumber ekonomi. “Kalau kegiatan ini sukses, Aceh akan menjadi daerah pertama yang menjadi model pelaksanaan nasional. Seperti sejarahnya, Aceh selalu menjadi yang terdepan,” tutupnya. (id65)












