KUTACANE (Waspada.id): Bupati Aceh Tenggara, HM Salim Fakhry, SE, MM telah membuka pagelaran kontes buah kakao Aceh Tenggara hebat, di Lapangan Pemuda Babussalam, Minggu (26/10).
Kontes buah kakao tersebut yang diikuti sebanyak 250 peserta dari 16 kecamatan yang tersebar, ini menandai betapa tingginya animo petani untuk menguji hasil panen terbaik mereka. Menjelang acara pembukaan, suasana Lapangan Pemuda Kutacane tampak semarak.
Spanduk bertuliskan slogan “Aceh Tenggara Hebat” berkibar di antara tenda-tenda peserta, sementara panitia dari Kodim 0108/Agara dan Dinas Pertanian melakukan gladi resik terakhir dengan tertib dan penuh semangat
Bupati HM Salim Fakhry menegaskan, ajang ini merupakan langkah strategis untuk mengangkat kembali kejayaan kakao Aceh Tenggara. “Kakao adalah potensi besar yang bisa membawa daerah ini dikenal di dunia. Kita ingin menemukan varietas terbaik yang lahir dari tanah kita sendiri,” katanya dengan nada penuh optimisme.
Sebagai bentuk apresiasi, panitia menyediakan hadiah dan door prize dengan total nilai mencapai dua puluh juta rupiah. Setiap juara akan menerima sertifikat, uang tunai, serta bingkisan penghargaan.
Namun lebih dari sekadar hadiah, kontes ini adalah simbol pengakuan atas ketekunan petani yang telah bertahun-tahun menantang cuaca, hama, dan harga pasar, demi menjaga cita rasa biji kakao Aceh Tenggara tetap istimewa.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Aceh Tenggara, Riskan, SP, MM, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya ajang adu mutu, tetapi juga momentum untuk menyalakan kembali semangat para petani dalam merawat komoditas unggulan daerah.
“Kakao dari Aceh Tenggara sudah diakui kualitasnya. Saat ini kita berada di peringkat sembilan nasional dan ke-50 dunia. Melalui kontes ini, kami ingin mencari bibit unggul, sekaligus menumbuhkan semangat baru agar para petani terus menjaga mutu hasil panennya,” ujarnya optimis.
Kontes yang digelar bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, ini diinisiasi oleh Kodim 0108/Aceh Tenggara bersama Dinas Pertanian, sebagai wujud kolaborasi antara TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat. Tema besar yang diusung, “Mengukir Karya Menuju Aceh Tenggara Digdya,” menggambarkan tekad daerah untuk menapaki masa depan pertanian yang mandiri, produktif, dan berdaya saing tinggi.
Sistem penilaian dibagi berdasarkan zonasi wilayah: Zona 1 meliputi Ketambe, Deleng Pokhisen, Badar, dan Babussalam; Zona 2 mencakup Lawe Bulan, Lawe Sumur, Bambel, dan Bukit Tusam; Zona 3 terdiri atas Darul Hasanah, Lawe Alas, Tanoh Alas, dan Babul Rahmah; sementara Zona 4 meliputi Babul Makmur, Leuser, Lawe Sigala-Gala, dan Semadam. Setiap peserta wajib membawa minimal tiga buah kakao matang dari kebun sendiri, lengkap dengan fotokopi KTP, sebagai bukti keaslian hasil panen.
Penilaian utama mencakup kualitas fisik buah, bentuk, ukuran, dan berat, serta mutu biji yang diukur dari jumlah dan bobot basahnya. Sepuluh buah terbaik dari tiap zona akan diseleksi oleh dewan juri untuk menentukan juara pertama, kedua, dan ketiga. Para juara zonasi kemudian akan bertarung di babak grand final untuk memperebutkan gelar juara umum dan juara harapan.
Di sela kegiatan, Riskan menuturkan bahwa tahun depan pemerintah daerah berencana menggelar kontes serupa untuk komoditas padi, dengan total hadiah yang jauh lebih besar, mencapai tiga ratus juta rupiah. “Ini adalah langkah berkelanjutan untuk memperkuat sektor pertanian kita, agar petani semakin percaya diri dan bangga terhad ap hasil bumi Aceh Tenggara,” katanya.
Kontes buah kakao hari ini bukan hanya ajang mencari yang terbaik, tetapi juga cermin dari kebersamaan, kerja keras, dan tekad masyarakat Aceh Tenggara untuk menegakkan panji kemuliaan pertanian di tengah dunia yang terus berubah. Dari biji-biji kecil yang lahir di lereng dan lembah, harapan besar itu tumbuh seperti kakao yang matang sempurna di bawah matahari tropis, menyimpan rasa, wangi, dan cita yang menyeberangi batas negeri.(id80)













