SINGKIL (Waspada): Pembangunan Masjid Raya Al-Mujahadah Desa Lae Butar, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil dimulai sejak 2017 silam.
Hingga lima tahun berlalu Masjid yang akan menjadi icon religius kebanggaan Bumi Syekh Abdurauf itu, sampai ini tak kunjung bisa dimanfaatkan untuk ibadah masyarakat.
Masyarakat pun masih tetap memanfaatkan bangunan lama milik Socfindo yakni Masjid Al Mukhlishin, yang berada persis disamping pembangunan Masjid Raya tersebut.
Lantaran tahun ini (2022) lanjutan pembangunan Masjid yang mendapat hibah lahan dari PT Socfindo Kebun Lae Butar Aceh Singkil itu, hanya mendapat kucuran anggaran Rp1 miliar.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Waspada.id, proyek dengan nama paket, Pembangunan Masjid Raya Rimo Kecamatan Gunung Meriah ini, awal pembangunannya dimulai 2017, dan mendapat kucuran anggaran mencapai Rp4,7 miliar. Termasuk didalamnya pembiayaan jasa perencanaan Rp200 juta dan jasa pengawasan Rp150 juta.
Sayangnya, memasuki tahun berikutnya 2018 dan 2019, pembangunan Masjid tidak mendapatkan anggaran untuk pekerjaan lanjutan.
Kemudian 2020, pembangunan Masjid Raya tersebut kembali dianggarkan senilai Rp2,9 miliar dan 2021 dianggarkan Rp2,4 miliar bersumber Otonomi Khusus (Otsus).
Tahun ini Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil kembali mengalokasikan dana hanya Rp1 miliar untuk pembangunan masjid tersebut. Sehingga tercatat sudah menelan anggaran sekitar Rp11 miliar lebih pembangunannya.
Kepala Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah Kabupaten Aceh Singkil, H Aslinudin dikonfirmasi Waspada diruang kerjanya, Selasa (22/2) mengatakan, pembangunan Masjid Raya Al-Mujahadah berdasarkan desain awal, secara keseluruhan diperkirakan membutuhkan biaya mencapai Rp55 miliar.
“Sesuai dengan desain awal pembangunan direncanakan lengkap dengan halaman parkirnya,” ujarnya.
Dijelaskanya, sebelumnya pekerjaan pembangunan Masjid Raya tersebut ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum, namun saat ini telah dikelola langsung di Dinas Syariat Islam.
“Saat ini sudah menjadi kewenangan Kantor Dinas Syariat Islam. Pengusulan semula dianggarkan Rp3 miliar, tapi Pemda setempat hanya mampu menganggarkan Rp1 miliar saja pada tahun ini,” ucap Aslinuddin.
Dijelaskannya, dengan nilai anggaran yang ada tahun ini hanya Rp1 miliar tersebut, rencananya akan difokuskan untuk pekerjaan bagian dalam Mimbar Masjid dan penuntasan menara.
“Alhamdulillah pekerjaan pembangunan Masjid kebanggaan Kota Rimo, diharapkan bisa menjadi ikon religius karena keindahan dan kemegahannya sesuai desain awal akan menjadi daya tarik dan kebanggan masyarakat yang menjadi icon pintu masuk menuju Ibukota Kabupaten Aceh Singkil,” ucap Asli.
Berdasarkan isu yang berkembang diluar, bahwa pembangunannya sempat mangkrak. Namun menurut Aslinuddin pekerjaannya bukan mangkrak, namun karena memang anggaran yang dibutuhkan sangat besar, sehingga terhenti karena kosong anggarannya dua tahun lalu.
Aslinuddin memprediksikan dengan pembiayaan sekitar Rp3 miliar jika dikucurkan pada tahun 2023 mendatang, Masjid tersebut sudah bisa dipakai beribadah.
“Jika masuk anggaran Rp3 miliar saja tahun depan, Masjid sudah bisa dimanfaatkan. Yang penting bisa fungsi dulu, meski belum tuntas keseluruhan,” terang Asli.
Begitupun untuk mengejar penuntasan Masjid tersebut akan lebih maksimal tidak bisa mengharapkan dari anggaran Pemerintah saja. Namun perlu bantuan sumbangan dan donatur masyarakat.
“Sudah saya sampaikan kepada Bappeda harus dikucurkan anggaran Rp3 miliar untuk tahun depan agar bisa berfungsi. Dan Bappeda juga sudah turun beberapa kali ke lokasi,” pungkas Aslinuddin. (b25)