ACEH UTARA (Waspada.id): Bencana banjir yang melanda hampir seluruh kabupaten/kota di Aceh tergolong cukup dahsyat dengan daya rusak melebihi bencana tsunami pada 26 Desember 2004. Di Kabupaten Aceh Utara, bencana banjir yang terjadi pada 26 Desember 2025 telah menghancurkan berbagai sarana infrastruktur yang dimiliki kabupaten itu dari hulu hingga ke hilir.
Dan untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi pemulihan fungsi dasar dan kebutuhan mendesak membutuhkan lebih dari Rp.20 triliun. Perbaikin kebutuhan dasar itu seperti perbaikan rumah, layanan kesehatan, dan ekonomi. Sedangkan untuk rekontruksi, Pemkab Aceh Utara harus segera membangun kembali sarana dan prasarana agar kehidupan masyarakat kembali pada kondisi normal dan bahkan menjadi lebih baik.
Untuk melakukan pemulihan dari seluruh sektor membutuhkan waktu yang relatif panjang karena persoalan rehab dan rekon terkait dengan kemampuan anggaran. Hitung-hitungan kasar yang dilakukan oleh Pemkab Aceh Utara saat ini, Aceh Utara membutuhkan lebih dari Rp.20 triliun untuk melakukan pemulihan dari seluruh sektor kehidupan.
“Estimasi waktu untuk pemilihan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik pasca bencana banjir ini cukup lama. Kita membutuhkan lebih dari Rp.20 triliun untuk rehabilitasi dan rekontruksi. Di sini, Aceh Utara membutuhkan bantuan dari semua pihak terutama dari Pemerintah Pusat, agar kondisi masyarakat pasca bencana dapat pulih, aman dan berdaya,” kata Plt. Sekda Aceh Utara, Dr (C) Jamaluddin Usmain, S.Sos.,M.Pd, Jumat (5/12) siang.
Ditanya berapa besar perbandingan daya rusak antara bencana tsunami dengan bencana banjir beberapa waktu lalu, Jamal mengatakan, pada peristiwa tsunami 26 Desember 2004, kajadian itu hanya melanda wilayah pesisir dan gelombang laut naik ke daratan hanya sejauh 2 km. Dari sisi korban jiwa lebih banyak pada bencana tsunami tetapi dari sisi daya rusak sarana dan prasarana lebih dahsyat bencana banjir. Bencana banjir melanda Aceh Utara secara merata mulai dari hulu hingga ke hilir.
Kata Jamal, pada mesibah banjir kemarin, jumlah korban banjir terendam sebanyak 83.562 kepala keluarga (KK) atau sebanyak 275.139 jiwa. Untuk jumlah korban banjir yang harus mengungsi sebanyak 73.303 kepala keluarga (KK) atau 259.021 jiwa. Kemudian, dalam bencana alam tersebut, berdasarkan data sementara hingga saat ini, telah merenggut 129 jiwa masyarakat Aceh Utara.
Selanjutnya, 90 warga Aceh Utara dinyatakan hilang, 71 orang luka-luka. Jumlah ibu hamil yang terkena dampak banjir sebanyak 591 orang. Sedangkan Balita mencapai 3.018 orang. Lansia 3.147 orang dan disabilitas sebanyak 201 orang.
Untuk dampak kerusakan, sesuai data terbaru yang masuk ke posko induk hingga, Jumat (5/120 pagi, jumlah rumah yang terendam sebanyak 69.509 unit dan rumah hilang sebanyak 532 unit. Selanjutnya, jumlah sawah yang terendam seluas 12.782 Ha dan tambak seluas 10.653 ha.
Berikutnya, kata jamal, kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana banjir kemarin adalah sarana jalan sebanyak 106 ruas. Dari jumlah sebanyak itu, 96 ruas rusak berat dan 10 rusak sedang. Bencana alam ini juga telah merusak 12 daerah Irigasi (DI). Dari 12 DI tersebut, 6 Di rusak berat dan 6 Di rusak sedang. Selanjutnya, ada 8 DIT mengalami rusak sedang.
Berikutnya, terjadi kerusakan pada 66 titik tanggul sungai. Dari jumlah sebanyak itu, 24 titik rusak berat dan 42 titik rusak sedang. 37 unit jembatan rusak dengan rincian 32 unit rusak berat dan 5 unit mengalmi rusak sedang. Dalam bencana alam banjir juga telah menyebabkan terjadinya longsor di 31 titik.
Kemudian, sambung Jamal, bencana alam banjir juga telah meruksa sekolah mulai TK/SD hingga SMP yang menjadi kewenangan Pemkab Aceh Utara. Jumlah sekolah yang rusak sebanyak 383 unit. Dari jumlah sebanyak itu yang mengalami rusak berat sebanyak 271 unit, kerusakan sedang 97 unit dan kerusakan ringan sebanyak 15 unit.
Selanjutnya, ada 1.081set alat peraga yang rusak, mobiler sebanyak 1.812 set, alat TIK 1.861 unit,alat laboratorium579 set, KIT IPA 1.678 set dan buku 27.602 exemplar. Kerusakan juga terjadi pada balai benih ikan sebanyak 1 unit, mengalami kerusakan sedang. Rumah ibadah sebanyak 26 unit rusak ringan dan 16 unit rusak sedang. Meunasah sebanyak 16 unit mengalmi rusak ringan dan juga mengalami kerusakan pada dayah/pesantren sebanyak 10 unit mengalmi rusak ringan dan 195 rusak sedang.
“Ini berdasarkan data sementara yang sudah masuk ke posko induk. Dan sampai saat ini data kerusakan di sektor kesehatan dan pekantoran belum masuk. Data ini dipastikan akan bertambah karena di lapangan masih terus dilakulan pendataan oleh petugas,” demikian Jamaluddin Usman. (id70).












