BLANGPIDIE (Waspada): Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Aceh Barat Daya (Abdya), Selasa (14/6), memperkenalkan motif rumpun biluluk dan budaya manoe pucok, yang merupakan ciri khas budaya ‘Nanggroe Breuh Sigupai’.
Ciri khas Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Induk Aceh Selatan 2002 silam itu, dikenalkan dalam seminar motif, yang dihadiri istri Gubernur Aceh Dr Ir Hj Dyah Erti Idawati, selaku Ketua Dekranasda Provinsi Aceh di gedung DPRK Abdya, kompleks perkantoran Bukit Hijau, Blangpidie.
Kegiatan tersebut juga dihadiri para Ketua Dekranasda Kabupaten tetangga, sepeti Aceh Selatan dan Nagan Raya, para pengurus Darma Wanita (DWP), para Ketua PKK dalam 152 Desa se-Abdya, para Pengurus Majelis Adat Aceh (MAA), serta para Imum Mukhim se-Abdya.
Ketua Dekranasda Abdya Ida Agustina, dalam kesempatan itu meminta agar kerajinan dan budaya di Abdya terus dipertahankan. Sehingga sangat diminati masyarakat. “Kita memperkenalkan motif rumpun biluluk dan manoe pucok, sebagai bahan seminar hari ini. Semoga ke depannya kerajinan-kerajinan di Abdya, akan terus dikenal hingga ke tingkat nasional,” katanya.
Kreasi motif etnis ini tambahnya, juga telah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM, melalui surat pencatatan ciptaan nomor 000322197, tanggal 23 November 2021, tentang hak cipta dengan nama Rumpun Biluluk. “Kita berharap, kerajinan ini akan menjadi motivasi bersama, dalam upaya pengembangan yang lebih baik serta diminati,” sebut Ida Agustina.
Ketua Dekranasda Provinsi Aceh, Dr Ir Hj Dyah Erti Idawati, dalam kesempatan yang sama menyampaikan, budaya dan kerajinan di Abdya harus dipertahankan, agar semakin berkembang dari masa ke masa. “Kita mesti pertahankan budaya lokal yang telah ada. Termasuk kerajinan-kerajinan yang menjadi cirikas daerah kita, untuk terus berkelanjutan,” tegasnya.
Ny Nova Iriansyah ini mengaku bangga, dengan hasil temuan yang dikembangkan oleh DWP Abdya dan lebih lanjut untuk dibedah. “Harapan saya kepada Dekranasda Abdya,kembangkan terus, serta binalah pengrajin-pengrajin, agar motif-motif itu menjadi prodak kerajinan yang diminati,” katanya.
Di samping itu, pihaknya berharap kegiatan ini jangan hanya sekedar seremonial belaka, tapi yang paling penting harus diimplementasikan dalam sehari-hari. “Semoga ini menjadi sejarah yang kita tinggalkan untuk anak cucu kita. Adanya warisan budaya, mesti dipertahankan dan digali kembali. Untuk itu, kami menghimbau agar menggunakan prodak UMKM local, termasuk kerajinan-kerajinannya. Kalau ada produk kita untuk apa yang lainnya. Sukses untuk Dekranasda Abdya,” demikian Dyah Erti Idawati.(b21)











