ACEH TAMIANG (Waspada.id): Saat tiba di Pondok Pesantren Fajrussalam Desa Menang Gini, Kecamatan Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Selasa (23/12), Direktur Strategic Business Development Portfolio Telkom, Seno Soemadji, beserta tim menyempatkan ikut bermain games dengan anak-anak korban banjir untuk trauma healing serta makan siang bersama pengungsi.
Disambut oleh Pimpinan Pondok Pesantren Fajrussalam, Khalid Bin Abdul Salam Shah, yang memeluk erat Seno dengan mata berkaca-kaca, ia pun melihat keadaan desa yang sudah porak poranda akibat banjir bandang yang terjadi akhir November 2025 kemarin.

Di desa tersebut, Telkom juga menghadirkan posko layanan kesehatan untuk memeriksa kesehatan warga, telah meletakkan 2 unit toilet portabel di desa ini, kemudian 1 unit sumur bor, menghadirkan posko layanan kesehatan untuk memeriksa kesehatan warga, membuat dapur umum, menyediakan genset serta BBM nya, ambulans, obat-obatan dan lainnya.
Setelah bermain, Seno pun diajak berkeliling ke Pesantren Fajrussalam yang telah berdiri selama 22 tahun ini. Saat banjir besar melanda pada Rabu (26/11) malam hingga Jumat (28/11) dini hari, bangunan pesantren bergoyang hebat akibat angin kencang dan arus air. Warga Desa Menang Gini yang berjumlah sekitar 700 orang, termasuk sempat terjebak selama lima hari tanpa akses logistik di pesantren tersebut.
“Kita ini lahir telanjang, jadi tidak perlu ada yang kita takuti lagi Pak. Allah pasti bantu. Dan terbukti kami hari ini bersyukur didatangi orang-orang seperti ini saja sudah luar biasa,” ujar Khalid Bin Abdul Salam Shah, serata meyakinkan kedatangan jajaran Direksi Telkom menjadi penyemangat luar biasa bagi warga yang sudah hampir sebulan ini tidak tidur di rumah mereka.

“Kami makan nasi goreng, tapi nasinya nasi lumpur. Alhamdulillah, kami tetap bersyukur dan melanjutkan perjuangan di jalan Allah,” lanjut Khalid.
Selama 14 hari, wilayah tersebut terblokir total. Akses kendaraan tidak memungkinkan karena kayu-kayu gelondongan menutupi jalan. Warga berjalan kaki tanpa alas untuk menjemput bantuan. Para santri, termasuk 25 hafiz Al-Qur’an yang tersisa di pondok itu terpaksa dipulangkan. Warga juga tetap bertahan dengan makanan seadanya, nasi dicampur pisang muda rebus dan garam, bahkan nasinya kadang bercampur lumpur.
Kehadiran genset dari Telkom menjadi kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak di pengungsian. “Anak-anak sampai teriak hore karena listrik menyala,” ujar Khalid kepada Seno.
Seno Soemadji didampingi EVP Telkom Regional 1, Dwi Pratomo Juniarto kepada wartawan, mengatakan, melalui program Telkom Peduli, Telkom menghadirkan berbagai bantuan penting bagi masyarakat di Aceh Tamiang. Bahkan bukan hanya Aceh Tamiang, melainkan Telkom juga hadir untuk masyarakat yang terdampak di Sumbar maupun Sumut.

“Jadi kedatangan saya ke sini untuk merasakan langsung kondisi di lapangan. Kita ingin memotivasi dan memberi semangat bagi saudara kita di Aceh bahwa mereka masih punya kita,” ujarnya.
Sampai saat ini Telkom katanya terus melakukan recovery, mengingat alat dan aset mereka terdampak. Pihaknya memastikan telekomunikasi tetap terjaga.
Lebih lanjut Seno mengatakan bahwa Telkom tidak hanya fokus pada pemulihan aset, tetapi juga memastikan kehadiran negara melalui layanan telekomunikasi. Mengingat bahwa Telkom bagian dari masyarakat.
“Melihat langsung kondisi di lapangan sangat berbeda dibanding kita melihat media sosial. Semangat warga Aceh luar biasa. Mereka bagian dari Indonesia dan tidak sendiri,” ujarnya.
Saat ini, jaringan internet di Aceh telah pulih hingga 98 persen dari trafik normal. Sementara pemulihan jaringan secara keseluruhan mencapai hampir 90 persen. Untuk kendalanya yakni akses jalan karena banyak jalan yang terputus dan terbelah dua. Kendala lainnya yakni pasokan listrik PLN yang belum sepenuhnya normal.
“Pejuang telekomunikasi Telkom luar biasa. Mereka memanggul genset dan baterai satu per satu untuk menembus lumpur dan banjir dari awal bencana terjadi sampai hari ini terus turun untuk memperbaiki jaringan telekomunikasi. Dan alhamdulilah seluruh alat produksi telah kembali aktif dan digunakan untuk mendukung masyarakat terdampak bencana,” katanya.
Ke depan, ia juga akan fokus ke area yang belum tercover, tantangan terberat masih berada di wilayah Aceh Tengah dan Gayo Lues. “Kalau nanti sudah bisa di akses tim kita ke Aceh Tengah untuk memberikan bantuan dan kita akan terus berkoordinasi dengan pihak lain,” katanya. (id16)










