Aceh

Dompet Dhuafa Bantu Korban Banjir Meureudu

Dompet Dhuafa Bantu Korban Banjir Meureudu
Etika Setiawanti dari Dompet Dhuafa dan artis Marcella Zalianty menyalurkan bantuan makanan dan hygiene kit kepada warga terdampak banjir di Gampong Beureungen. Jumat (5/12) Waspada. Id/ Muhammad Riza
Kecil Besar
14px

MEUREUDU (Waspada.id): Banjir besar yang melanda Kecamatan Meureudu dan sejumlah gampong di Kabupaten Pidie Jaya (Pijay), Provinsi Aceh, memaksa ratusan warga mengungsi dan menggantungkan kebutuhan harian pada bantuan kemanusiaan.

Di tengah situasi itu, Dompet Dhuafa menjadi salah satu lembaga yang bergerak cepat memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak. Jumat (5/12) sore, Dompet Dhuafa membuka dapur umum di Gampong Beureungen, salah satu wilayah yang masuk kategori terdampak berat.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Selain menyiapkan kebutuhan konsumsi bagi pengungsi, mereka juga menyalurkan bantuan sembako, layanan medis, serta hygiene kit untuk menjaga kesehatan warga di tengah terbatasnya fasilitas mandi, cuci, dan kakus.

Tim relawan Dompet Dhuafa dipimpin Etika Setiawanti bersama Marcella Zalianty mendistribusikan bantuan di tengah keterbatasan akses akibat banjir di Beureungen, Meureudu. Jumat ( 5/12) Waspada. Id Muhammad Riza

Direktur Mobilisasi Sumberdaya Dompet Dhuafa, Etika Setiawanti, menyebut tim relawan langsung turun ke lokasi begitu laporan banjir diterima. Kondisi Gampong Beureungen yang dikepung air membuat mobilitas warga lumpuh dan akses bahan makanan semakin terbatas.

“Sejak hari pertama kami sudah berada di sini. Situasinya cukup parah karena banyak warga kehilangan kemampuan memasak. Dapur mereka terendam, listrik padam, dan air bersih sangat minim. Setiap hari dapur umum Dompet Dhuafa memasak 500 porsi, dan ini terus kami jalankan,” terang Etika.

Ia menambahkan, Dompet Dhuafa juga menggerakkan relawan di beberapa daerah lain seperti Bireuen, Aceh Tamieng, dan Langsa, termasuk mencoba menembus wilayah yang lebih sulit dijangkau akibat genangan yang belum surut.

Kehadiran Marcella Zalianty

Bantuan kemanusiaan di Meureudu juga mendapat perhatian nasional. Artis Marcella Zalianty hadir langsung ke Beureungen untuk melihat kondisi pengungsi dan memberikan dukungan moral kepada warga.

Ia mendatangi salah satu rumah yang menjadi titik kumpul warga dan menyerahkan hygiene kit secara simbolis kepada empat perwakilan pengungsi, yakni dua ibu bersama anak serta dua warga lanjut usia.

Selain itu, Marcella ikut terlibat dalam proses memasak Kuah Beulangong, masakan khas Aceh yang menjadi menu makan malam pengungsi. Hidangan tersebut dimasak oleh koki tradisional Benu Beloe dan disiapkan dalam jumlah besar, yakni 2.000 porsi untuk dua titik pos pengungsian.

Setelah selesai dimasak, Marcella bersama relawan Dompet Dhuafa ikut membagikan Kuah Beulangong kepada pengungsi. Pembagian dilakukan secara prasmanan, di mana warga membawa piring dan mangkuk dari rumah masing-masing.

Proses ini berlangsung tertib dan penuh kebersamaan, menjadi momen yang mengurangi ketegangan warga setelah berhari-hari menghadapi bencana.

Artis Marcella Zalianty ikut membantu Benu Belue menyiapkan Kuah Beulangong untuk warga terdampak banjir di Beureungen, Meureudu.Jumat (5/12) Waspada. Id/ Muhammad Riza

Dapur Umum Terbuka

Dapur umum Dompet Dhuafa tidak membatasi pelayanan pada satu desa saja. Relawan menyebut warga dari sejumlah gampong seperti HP Beureu, Teupin Pukat, Dayah Kruet, Blang Cut, hingga Pante Beureune datang bergantian untuk mendapatkan makanan siap saji.

Keuchik Gampong (desa) Beureungen, Muhammad Isa, mengatakan jumlah penduduk di wilayah itu mencapai 317 KK atau 997 jiwa, sementara 797 jiwa tercatat mengungsi. “Rumah dan dapur banyak yang terendam. Gas habis, listrik padam, air bersih sulit. Dapur umum ini sangat membantu,” ujarnya.

Krisis Air Bersih

Selain makanan, masalah terbesar yang dihadapi warga adalah air bersih.

Seorang warga, Ferri Juanda, mengatakan PDAM tidak berfungsi sejak banjir meluas. Sumur-sumur warga tertutup lumpur, sementara fasilitas MCK rusak dan tak dapat digunakan.

“Kami terpaksa ke sungai untuk mandi dan mencuci. Untuk minum, hanya mengandalkan bantuan pemerintah dan PMI. Kami sangat berharap ada pompa air dan genset untuk membantu kondisi darurat ini,” ucap Ferri.

Keterbatasan air bersih dikhawatirkan memicu penyakit kulit, diare, hingga gangguan kesehatan lain terutama bagi anak-anak dan lansia. Karena itu, Dompet Dhuafa mengerahkan tim medis ke sejumlah titik untuk memantau kondisi kesehatan warga.

Etika Setiawanti menegaskan bahwa kerja kemanusiaan di Meureudu masih panjang. Meski air mulai surut di beberapa titik, kebutuhan warga tetap tinggi karena kondisi rumah, air bersih, dan peralatan rumah tangga belum pulih.

“Kami terus mengajak berbagai pihak untuk ikut membantu, baik melalui dapur umum, sembako, air bersih, hingga layanan kesehatan. Situasi di lapangan menuntut kolaborasi,” katanya.

Dompet Dhuafa memastikan akan tetap bertahan di Meureudu selama masa tanggap darurat berlangsung. (Id69)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE