RATUSAN boat nelayan di Pelabuhan PPI Labuhan Tarok Meukek menambatkan boatnya di Dermaga kolam pelabuhan tak bisa melaut akibat kelangkaan BBM. Waspada.id/Hendrik
TAPAKTUAN (Waspada.id) : Persoalan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) disejumlah SPBU di Kabupaten Aceh Selatan ditambah pemadaman listrik PLN selama sepekan terakhir makin memperburuk kompleksitas penderitaan warga bahkan telah berdampak luas melumpuhkan perekonomian masyarakat setempat.
Pantauan Waspada.id dalam beberapa hari terakhir, para nelayan dibeberapa Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) seperti di Pasie Keude Meukek, Labuhan Tarok, Sawang Ba’u dan Lhok Pawoh serta Labuhanhaji terpaksa mengurungkan melaut.
Puluhan boat berukuran 30 GT terlihat banyak ditambatkan di Dermaga Kolam Pelabuhan. Kondisi serupa, juga dialami para nelayan kecil yang memancing ikan menggunakan perahu kecil bermesin diesel.
Keadaan ini mengakibatkan harga ikan segar untuk dikonsumsi masyarakat sehari-hari mengalami lonjakan harga signifikan yakni mencapai harga diatas Rp100 ribu/kg.
“Sudah harganya melambung tinggi, stoknya pun sangat terbatas bahkan langka di pasaran. Karena pasokannya berkurang drastis sementara permintaan konsumen meningkat,” kata Koordinator Forum Peduli Aceh Selatan (For-PAS), T. Sukandi kepada Waspada.id di Tapaktuan Rabu (3/12).
Tak hanya harga ikan segar, kekacauan pasokan BBM dan padamnya listrik PLN ditengah kondisi bencana alam banjir dan tanah longsor melanda Aceh, Sumut dan Sumatra Barat, juga berdampak melonjaknya harga sembako dan sayur-mayur bumbu dapur.
Informasi dihimpun For-PAS, harga cabai merah di pasaran Kabupaten Aceh Selatan sekarang ini melambung tinggi yakni dijual mencapai Rp300 ribu/kg. Kenaikan harga juga berlaku terhadap telur, beras, dan lainnya.
Yang paling mengkhawatirkan lagi, masyarakat di beberapa kecamatan di Aceh Selatan khususnya Kecamatan Meukek sedang menghadapi krisis ketersediaan tabung gas LPG 3 Kg.
“Informasi kami himpun dilapangan, tabung gas LPG 3 Kg ini benar-benar hilang dipasaran pasca terjadi bencana alam banjir yang berdampak putusnya jaringan listrik PLN dan menyusul kelangkaan BBM. Selain terjadi lonjakan harga, stoknya pun benar-benar langka di pasaran,” ungkap T. Sukandi.
Kondisi pemadaman listrik PLN dan kelangkaan BBM yang sudah berlangsung sepekan lebih itu juga berdampak lumpuhnya layanan publik di pemerintahan dan perekonomian para pedagang serta proses belajar mengajar di sekolah.
For-PAS meminta kepada pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten memberikan attensi serius dan khusus terkait persoalan jeritan hati rakyat Aceh tersebut. Penanganan dampak bencana alam di Aceh diminta ditangani secara cepat dan komprehensif sehingga perekonomian rakyat segera pulih kembali.
“Dampak ini mesti ditanggapi serius oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, jangan hanya asbun karena bicara di atas tidak dapat di implementasikan dengan baik oleh pemerintah yang dibawahnya,” kata T. Sukandi.
T. Sukandi juga mengharapkan kepada pemerintah daerah dan aparat penegak hukum (APH) khususnya kepolisian benar-benar membuktikan pernyataannya akan menindak tegas oknum pedagang yang menimbun dan menaikkan harga barang ditengah himpitan dan jeritan masyarakat tertimpa bencana alam.
“Ucapan mesti ditindak lanjuti dengan pengawasan yang ketat dilapangan bila tidak sama saja ucapan itu dengan omong kosong,” kritik Sukandi.
Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disdagperinkop UKM) Aceh Selatan, T. Harida Aslim, yang coba dimintai konfirmasi terkait kelangkaan dan lonjakan harga barang sejauh ini belum berhasil. Dihubungi ke nomor ponselnya tak diangkat dan dikirim pesan singkat via WA juga tak dibalas. (id85)














