Aceh

Erwandi, Kadis Pertanian Dan Pangan Aceh Utara: Setiap Tahun Produksi Padi Berkurang

Erwandi, Kadis Pertanian Dan Pangan Aceh Utara: Setiap Tahun Produksi Padi Berkurang
Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, Selasa (10/12) saat berkunjung ke Kabupaten Aceh Utara. Foto diabadikan di salah satu lahan sawah di wilayah bekas Kerajaan Samudera Pasai. Waspada/Maimun Asnawi
Kecil Besar
14px

ACEH UTARA (Waspada): Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), setiap tahun di Kabupaten Aceh Utara terjadi penambahan jumlah penduduk mencapai 10.000 jiwa. Sementara dalam empat tahun terakhir, sejak tahun 2020, jumlah produksi padi di Aceh Utara berkurang 100.000 ton per tahun. Kondisi ini disebabkan rusaknya Bendungan Krueng Pase dan lemahnya kinerja dan fungsi Kementerian PU dalam melaksanakan pembangunan sarana irigasi.

“Tidak mungkin bertani tanpa air,” sebut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Aceh Utara, Erwandi, saat dikonfirmasi Waspada, Senin (16/12) pagi di ruang kerjanya.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Kata Erwandi, penyebab utama terjadi penurunan produksi padi di Aceh Utara dalam 4 tahun terakhir adalah rusaknya Bendung Krueng Pase di Kecamatan Meurah Mulia. Rusaknya bendung tersebut menyebabkan terhentinya suplai air irigasi ke lahan seluas 9000 Ha di delapan kecamatan. “Sudah 4 tahun Bendungan Krueng Pase rusak dan belum selesai diperbaiki,” sebut Erwandi.

Di lahan 9000 Ha Daerah Irigasi (DI) Krueng Pase, sebut Erwandi lagi, dalam kondisi normal mampu memproduksi padi per sekali tanam mencapai 5 ton per hektar. Jika dikalikan dengan luas lahan, maka setiap musim tanam, jumlah padi yang diproduksi mencapai 45.000 ton. Dalam setahun, kata Erwandi, ada dua kali musim tanam di Aceh Utara, maka jumlah gabah yang hilang di DI Krueng Pase sebanyak 90.000 ton.

“Itu artinya, ada 360.000 ton padi yang hilang di DI Krueng Pase sejak bendungan itu rusak,” kata Erwandi memberitahukan Waspada.

Secara umum di Aceh Utara dalam 4 tahun terakhir juga menunjukkan gejala penurunan produksi padi mencapai 100.000 ton per tahun, setelah ditambah kehilangan gabah di DI Krueng Pase. Ini disebabkan tidak berfungsi maksimal jaringan irigasi di seluruh Aceh Utara.

“Dalam kondisi normal, setiap tahun Aceh Utara mampu menghasilkan padi 400 ribu ton lebih, dengan rata-rata produksi per hektar 5 ton, dengan luas lahan 38.417 Ha. Nah, dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, total produksi padi per tahun di Aceh Utara hanya mampu menghasilkan 290 ribu ton,” tuturnya.

Kondisi ini, kata Erwandi lagi, tidak bisa dipandang remeh, karena jika kondisi ini terjadi terus menerus dapat mengancam ketahanan pangan di Kabupaten Aceh Utara. Pasalnya, data dari BPS, kata dia, setiap tahun di Aceh Utara terjadi penambahan jumlah penduduk sebanyak 10.000 jiwa.

“Sementara luas lahan sawah di Aceh Utara tidak bertambah dan bahkan ada yang hilang karena di lahan sawah telah didirikan rumah dan pertokoan. Kondisi ini dapat mengancam keberlangsungan produksi. Ancaman ke depan, sebagaimana disampaikan oleh Pak Menteri, kita akan mengalami darurat pangan,” ucapnya.

Untuk Aceh Utara, penurunan produksi padi setiap tahun akibat rusaknya Bendungan DI Krueng Pase. Sementara secara nasional, sebut Erwandi, bisa disebabkan oleh fenomena iklim ekstrim yaitu Elnino dan Lanina. “Kementerian Pertanian harus bergerak cepat untuk mengatasi persoalan ini,” ujarnya.

Ditanya, apakah Dinas Pertanian dan Pangan Aceh Utara memiliki inovasi untuk mengembalikan jumlah produksi seperti dalam kondisi normal atau bahkan mampu meningkatkan jumlah produksi ke depan.

“Kita bisa berinovasi, tapi permasalahannya itu terletak pada Kementerian PU. Ketika mereka mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara baik dalam membangun dan memperbaiki jaringan irigasi, maka otomatis kinerja sektor pertanian akan bertambah baik, karena tidak mungkin bertani tanpa air,” pungkas Erwandi. (b07)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE