SINGKIL (Waspada): Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD) Kejaksaan Negeri (Kejari) Aceh Singkil menggelar demo memasak makanan khas daerah Bumi Sekata Sepekat, di Aula Pertemuan Kantor Kejari Aceh Singkil, Selasa (10/12/2024).
Kegiatan demo memasak makanan tradisional khas Aceh Singkil ini, merupakan Program bidang pendidikan, Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD), yang melibatkan Bidang Pemberdayaan Putroe Phang Majelis Adat Aceh (MAA) Kabupaten Aceh Singkil.
Ketua IAD Kejari Aceh Singkil, Ny Citra Junaidi yang dikonfirmasi Waspada.id terkait kegiatan tersebut mengatakan, demo memasak ini merupakan kegiatan yang ada di Program Bidang Pendidikan Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD).
Sehingga melalui agenda pertemuan rutin IAD kali ini, kami memilih untuk mengangkat tema makanan tradisional khas Aceh Singkil yakni Ndelabakh Manuk dan Nditak Matah sekaligus bisa mencicipi langsung rasanya.
“Makanan khas Ndelabakh Manuk dan Nditak Matah, dua-duanya rasanya enak,” puji Ny Citra saat mencicipi sajian Ndelabakh Manuk dan Nditak Matah sambil mengacungkan jempolnya.
Dengan tampilan dan rasa serta aromanya yang mengguggah selera itu, Citra mengaku akan terus mensuport agar Ndelabakh Manuk dan Nditak Matah terus dikenal. Apalagi masakan ini menjadi ciri khas Aceh Singkil.
“IAD Daerah Aceh Singkil sangat mensuport untuk mengenalkan makanan khas daerah ini. Sebab ini merupakan bagian dari program kerja di bidang pendidikan,” sebutnya.
Ny Citra juga berharap agar original rasa dari Ndelabakh Manuk dan Nditah Matah ini tetap terjaga, meski nantinya ada yang memodifikasi masakan tersebut.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Hj Zainab Malau, anggota dari MAA Aceh Singkil Bidang Pemberdayaan Putroe Phang yang sudah memandu jalannya demo masak.
Selama lebih kurang satu jam, Hj Zainab sebagai pemateri demo memasak cara membuat Ndelabakh Manuk dan Nditak Matah dalam acara pertemuan rutin IAD Kejari Aceh Singkil tersebut.
Sebelumnya Hj Zainab dalam pemaparannya menyampaikan, bahan-bahan yang digunakan untuk memasak Ndelabakh Manuk atau yang lebih dikenal anyang ayam diantaranya, ayam jantan muda berumur tujuh sampai delapan bulan yang beratnya 7-8 ons.
Kemudian, kelapa tua ukuran besar 1 butir, kalau ukurannya kecil 2 butir, santan kental 100 ml dari 1 butir kelapa, merica hitam bulat 1 sendok teh, ketumbar bulat 1 sendok makan, bawang merah 2 ons, cabe merah 1 ons, jeruk nipis 3 butir diambil airnya dan garam secukupnya.
Kemudian dijelaskannya, pengolahannya harus memakai ayam jantan yang belum tumbuh taji. Ini agar rasa yang dihasilkan manis dan dagingnya lembut.
Sebagian masyarakat mempercayai penggunaan ayam jantan dimaksudkan agar anak dari ibu yang mengonsumsi Ndelabakh ini tumbuh lebih kuat, gesit dan berani seperti sifat ayam jantan pada umumnya.
Cara pengolahannya, pertama bersihkan ayam terlebih dahulu, kemudian belah. Tapi jangan dipotong-potong kecil.
Ayam yang sudah terbelah dipanggang diatas bara sampai matang (berwarna warna kuning kecoklatan). Kemudian, Giling cabai merah sampai halus (jangan menggunakan blender).
Berikutnya, bawang merah dan dirajang halus kelapa parut di gongseng bersama merica bulat dan ketumbar sampai berwarna kuning kecoklatan.
Setelah itu dihaluskan tetapi jangan sampai mengeluarkan minyak. Aduk cabe giling, bawang merah, garam, santan kental dan air jeruk nipis (rasa sesuai selera).
Setelah itu masukkan kelapa gongseng ke dalam bumbu yang sudah di campur tadi. Setelah bumbu tercampur rata, dibalurkan ke seluruh bagian ayam panggang. Ndelabakh Manuk siap disajikan.
Zainab mengatakan Ndelabakh Manuk adalah salah satu makanan khas Singkil, khususnya Singkil pedalaman yang disajikan pada saat akan memasuki masa “Ketakhing” (memasuki masa nifas).
Setelah dua atau tiga hari melahirkan dan lepas dari perawatan bidan kampung atau bidan desa. Pihak keluarga akan melaksanakan kenduri kundul ketakhing, berdo’a memasuki masa ketakhing.
Masa ketakhing ialah masa berpantang bagi seorang ibu yang baru melahirkan. Saat masa ketakhing si ibu akan menjalani hari- harinya dari sekitar jam 7 pagi sampai jam 5 sore di dekat perapian yang dirancang dan dikhususkan untuk menghangatkan badan serta dilarang mengkonsumsi makanan tertentu.
“Kenduri dilaksanakan untuk memanjatkan do’a kepada yang maha kuasa agar si ibu dan bayinya sehat selama menjalani masa ketakhing selama 40 hari kedepan,” ujarnya.
Makanan khas Ndelabakh Manuk diberikan kepada ibu bayi sebagai wujud kasih sayang keluarga agar dapat memanjakan lidah (peneppuh babah) sang ibu, karena setelah masuk masa ketakhing makanan yang dapat dikonsumsi oleh si ibu sangat terbatas seperti ikan panggang, ikan goreng, sayur bening yang tidak mengandung cabai, santan dan bahan – bahan yang dilarang lainnya.
Setelah mengkonsumsi makanan ini, diharapkan si ibu dapat menahan selera terhadap makanan yang dipantangkan selama masa ketakhing dan tidak akan meminta makanan lain selain yang diperbolehkan. Makanan ini juga dipercaya dapat mempercepat dan melancarkan produksi ASI.
Selanjutnya Hj Zainab juga mendemokan cara membuat Nditak Matah. Bahan – bahan yang digunakan yakni, tepung beras yang ditumbuk sendiri sebanyak 500 gram, kelapa setengah tua 2 butir, gula merah 250 gram, gula pasir 50 gram, garam dan air secukupnya.
Cara membuatnya rendam beras terlebih dahulu selama 3 jam sampai lembek, setelah itu ditumbuk sampai halus. Parut kelapa setengah tua (bagian putihnya saja), iris gula merah.
Setelah itu campur semua bahan, ditambah sedikit garam dan diberi air matang sedikit demi sedikit sampai sesuai dengan tekstur yang diinginkan.
Setelah itu adonan dikepal dengan tangan. Nditak Matah bersama Ndelabakh Manuk siap dihidangkan.
Ia juga mengaku senang bisa berbagi pengetahuan tentang memasak makanan khas Aceh Singkil kepada puluhan ibu-ibu kejaksaan.
“Ini supaya makanan atau kuliner khas Aceh Singkil tetap lestari dan semakin dikenal masyarakat khususnya kaula muda,” pungkas Hj Zainab. (B25)
Keterangan Foto: Ketua IAD Kejari Aceh Singkil, Ny Citra Junaidi membantu Hj Zainab Malau, anggota MAA Aceh Singkil saat mempraktekkan cara pengolahan makanan khas Aceh Singkil Ndelabakh Manuk dan Nditak Matah dihadapan ibu-ibu IAD lainnya. WASPADA/Ariefh.
Foto: Ketua IAD saat mencicipi makanan khas daerah Aceh Singkil yang menjadi menu makanan bagi ibu-ibu saat akan memasuki masa nifas atau setelah melahirkan. WASPADA/Ariefh
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.