SINGKIL (Waspada): Gerakan Pangan Murah (GPM) yang ke-8, Dinas Pangan Kabupaten Aceh Singkil, membuka stand pangan murah, untuk melayani masyarakat yang berada di pelosok Aceh Singkil.
Untuk sampai ke Kecamatan Singkohor ini, tim GPM harus menempuh perjalanan selama 2 jam dari Ibukota Kabupaten, hingga harus melintasi jalan berlubang dan berkubang, dari Kecamatan Gunung Meriah menuju Kantor Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil di Desa Lae Pinang.
Camat Singkohor Faturahman melalui Kasi Kesejahteraan Masyarakat (Kesmas) Kantor Kecamatan Rudi Yanto, Senin (30/10) mengungkapkan, kondisi masyarakat di Singkohor sebagian besar merupakan petani sawit. Dengan kondisi himpitan ekonomi, akibat melonjaknya berbagai jenis harga bahan pangan, sehingga mereka mengaku sangat bersyukur dengan hadirnya Gerakan Pangan Murah (GPM) ini untuk melayani masyarakat di pelosok Aceh Singkil itu. “Masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah sangat terbantu karena meringankan beban kebutuhan rumah tangga mereka,” ucap Rudi.

“Alhamdulillah GPM mau jemput bola ke Singkohor. Sehingga masyarakat sejak beberapa hari kemarin sudah menunggu-nunggu kehadiran GPM ini,” ucap Rudi
Kondisi lintasan harus melewati jalan berlubang dan berkubang jika ingin sampai sini. Alhamdulillah baru-baru ini diratakan oleh perusahaan setempat sehingga lintasan tidak terlalu parah, tambahnya. Disamping berharap bisa ditambah kuota jatah paket sembako, masyarakat di 6 desa, yang diperkirakan 1000 kepala keluarga, berharap agar program tersebut bisa dilaksanakan setidaknya 2 bulan sekali, pungkas Rudi.
Kepala Dinas Pangan Abdul Haris SP MM menyambut baik usulan masyarakat di Kecamatan Singkohor tersebut.
Dengan jatah kuota sebanyak 350 paket sembako itu, kedepan akan dilakukan evaluasi setelah dilaksanakan GPM tahap pertama. Sehingga harapannya, GPM ini dapat menstabilkan harga pangan dan mengendalikan inflasi didaerah.
“Ini akan kita evaluasi lagi, kita lihat bagaimana perkembangan penjualan hari ini. Selanjutnya akan kita laporkan ke bupati, apakah bisa ditambah kuota,” terang Haris.
Masyarakat di sini jauh dari akses pusat perbelanjaan. Dengan kondisi jalan dan lintasan rusak parah, sehingga masyarakat enggan untuk keluar daerah. Dengan kondisi akses lintasan yang sulit itu, menjadi dampak lemahnya pertumbuhan ekonomi disini, pungkas Haris. (B25)