IDI (Waspada): Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, menurunkan tim untuk menghalau gajah-gajah liar yang terus memberingas di sejumlah titik di pedalaman Kabupaten Aceh Timur.
Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto, S.Hut, dikonfirmasi Waspada, Senin (21/11) mengakui adanya gangguan gajah liar di Aceh Timur. Bahkan pihaknya telah meminta tim dari Kantor Seksi Konservasi Wilayah I Lhokseumawe, untuk melakukan penanganan.
“Akan segera kami minta tim seksi untuk melakukan penanganan,” ujar Agus Arianto, seraya mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga gajah dan tidak mengganggu habitatnya.
Disisi lain, masyarakat diharapkan tetap menjaga dan mendukung pemasangan power fencing (pagar listrik—red) yang telah dipasang pihak BKSDA bersama Forum Konservasi Leuser (FKL) sebagai mitra. “Pagar listrik yang sudah dipasang harus dijaga, karena itu solusi menghalau gajah,” ujar Agus Arianto.
Power Fancing
Sementara itu, Manager LRT (Leuser Rescue Tim) FKL Regional I, Nurul Hidayat Lubis S.Hut, dikonfirmasi terpisah mengatakan, pihaknya telah bersama BKSDA Aceh telah membangun 17 kilometer pagar listrik, sehingga ke depan akan menjadi salah satu aspek meminimalisir konflik satwa jenis gajah di Aceh Timur.
Diharap, peran serta masyarakat sangat diharapkan dalam melakukan perawatan jalur power fencing, sehingga pagar kejut gajah berfungsi maksimal. “Pagar kejut gajah ini sudah dipasang sepanjang 17,4 kilometer meliputi Dusun Krueng Tuan, Blang Gading dan HTI, Gampong Seumanah Jaya,” sebut Lubis, sapaan Nurul Hidayat Lubis.
Untuk menekan konflik satwa gajah dengan manusia, pihaknya juga meminta masyarakat untuk mencari alternatif lain dalam berladang. “Ada jenis-jenis tanaman yang tidak disukai gajah, seperti lemon. Ini juga cocok ditanami dan harga jualnya juga menjanjikan di pasaran,” ujar Nurul Hidayat Lubis.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, puluhan gajah sumatera mengobrak-abrik lahan pertanian milik masyarakat di Dusun Alue Canang, Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, Minggu (20/11) dini hari. Dampaknya, pondok warga dan berbagai jenis tanaman seperti pisang, padi, kakao dan pinang lenyap diamuk satwa dilindungi itu. (b11).