LHOKSUKON (Waspada): Perwakilan petani dan Pemkab Aceh Utara beberapa kali melakukan pertemuan, membahas krisis air akibat kerusakan Bendung Krueng Pase. Namun sampai sekarang, pemerintah daerah belum bisa memberikan solusi, untuk membantu petani yang sudah tiga tahun tidak turun ke sawah.
Imum Mukim Aron, Zainal Abidin kepada Waspada, Minggu (28/5) menjelaskan telah berlangsung empat kali pertemuan antara perwakilan petani dan tokoh masyarakat, dengan perwakilan Pemkab Aceh Utara. Meskipun Pemkab telah menyerap berbagai permintaan petani, namun sampai sekarang belum memberikan solusi untuk membantu petani. Selama tiga tahun, petani dari depalan kecamatan kawasan DI Krueng Pase tidak mendapat suplai air irigasi. Kerusakan bendung di Meurah Mulia, sampai sekarang belum diselesaikan.
Seperti diberitakan sebelumnya, akibat mangkrak pembangunan Bendungan Krueng Pase, seluas 9.127 ha sawah warga tidak mendapat air irigasi. Petani dari delapan kecamatan di Aceh Utara dan satu kecematan di Lhokseumawe, mengantungkan harapan terhadap percepatan rehabiltasi bendungan tersebut. Yaitu, Kecamatan Syamtalira Bayu, Samudera, Meurah Mulia, Tanah Luas, Nibong, Tanah Pasir, Syamtalira Aron, Matangkuli. Selain itu juga Kecamatan Blang Mangat di Kota Lhokseumawe.
Imum Mukim Aron mengatakan, pertemuan antara masyarakat dengan perwakilan Pemkab telah beberapa kali dilakukan. Diantaranya, pertemuan di lokasi Bendung Krueng Pase, pertemuan di Kantor Camat Nibong, pertemuan di Gunung Salak, bahkan terakhir pertemuan para tokoh masyarakat dan Assistem II Sekdakab Aceh Utara di Oproom kantor bupati, Selasa (16/5). Pertemuan itu juga belum bisa memberikan harapan kepada petani. “Sampai sekarang, belum ada solusi yang jelas,” kata Imum Mukin Aron, Zainal Abidin.
Pada pertemuan di Oproom Kantor Bupati Aceh Utara, Landing, Lhoksukon, para tokoh masyarak mengaku perihatin, akibat proyek pembangunan Bendung Krueng Pase telah dihentikan. Menurut informasi diterima warga, Satker Balai Wilayah Sungai Sumatera I Kementerian PUPR, telah memutuskan kontrak Proyek Krueng Pase di Gampong Lubok Tuwe, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara. Kondisi tersebut, mengakibatkan krisis air irigasi.
Selama tiga tahun, 9.127 hektare sawah tidak mendapat suplai air irigasi. Rehab Bendung Krueng Pase, mengakibatkan irigasi tidak berfungsi. Proyek senilai Rp44,8 miliyar, mangkrak. Sampai akhir 2022, hanya sekitar 35 persen proyek dikerjakan. Akibatnya, lahan sawah di 9 desa tidak bisa difungsikan.
Murhadi didampingi H.M. Yusuf Hasan, Mukim Tanah Pasir M. Husen dan sejumlah tokoh masyarakat Aceh Utara lainnya, dalam kesempatan itu mengharapkan, untuk mengantisipasi krisis air sawah pemerintah daerah perlu segera membangun bendung darurat. Sementara Geusyik Ampeh, meminta Penkab Aceh Utara juga bisa membantu benih padi lahan kering. “Kalau tidak dibangun bendung darurat, juga bisa disalurkan benih padi lahan kering,” jelasnya.
Berbagai permintaan lain juga telah disampaikan perwakilan petani, keusyik (Kades) dan imum mukim kawasan DI Krueng Pase. Namun menurut Imum Mukim Aron Zainal Abidin, sampai sekarang harapan masyarakat belum mendapat tanggapan Pemkab Aceh Utara.
Sementara itu, H.M.Yusuf Hasan dari Kecamatan Samudera menegaskan, pemutusan kontrak proyek Bendung Krueng Pase dengan PT.RJ, jangan sampai mengakibatkan petani semakin lama menunggu suplai air irigasi. Pemeritah pusat harus segara mencari solusinya. “Harus segera dilanjutkan, kalau perlu dikerjakan TNI melalui Yon Zipur, sehingga petani segera mendapat air irigasi,” tegas H.M.Yusuf Hasan.
Bantuan Dinas Pertanian
Sementar itu, Kepada Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Pemkab Aceh Utara Erwandi menjelaskan, Pemkab Aceh Utara telah berusaha memohon bantuan benih padi lahan kering ke Pemerintah Aceh di Banda Aceh.Namun sampai sekarang belum terealisasi. Untuk membantu petani yang tidak bisa menanam padi akibat kekeringan, dinas pertanian telah membangikan sejumlah benih jagung dan semangka.
Selain itu juga, petani bisa meminjam alat mesin pertanian (alsintan) untuk memudahkan menanam tanaman tersebut.Brigade alsintan yang disediakan, 4 unit alat bajak tanah roda empat dan 13 unit pompa air.
Sementara untuk lahan sawah tadah hujan, pihaknya akan menyalurkan benih padi pada Musin Tanam Rendengaan. Sejumlah 57,3 ton benih padi dapat digunakan pada musim hujan yang diperkirakan akan terjadi pada September 2023.(b08)
Teks Foto: Imum Mukim Aron, Zainal Abidin bersama H.M.Yusuf Hasan dan sejumlah petani Aceh Utara sedang berada di lokasi Proyek Bendung Krung Pase, Aceh Utara yang mangkrak. Waspada/Zainal Abidin