Scroll Untuk Membaca

Aceh

Hasan Tiro Bukan Sekadar Tokoh Sejarah, Melainkan Identitas Bangsa Aceh

Hasan Tiro Bukan Sekadar Tokoh Sejarah, Melainkan Identitas Bangsa Aceh
Diskusi 100 Tahun Hasan Tiro di sekretariat Aceh Bergerak, Banda Aceh, Jumat (26/9/2025). Waspada/Munawardi
Kecil Besar
14px

BANDA ACEH (Waspada.id): Aceh Bergerak menggelar refleksi dan diskusi publik memperingati 100 tahun kelahiran Wali Nanggroe Hasan Tiro. Kegiatan yang dihadiri seratusan peserta, mulai dari tokoh, aktivis, akademisi, politisi, hingga perwakilan DPR Aceh ini berlangsung di sekretariat Aceh Bergerak, Banda Aceh, Jumat (26/9/2025).

Diskusi bertema “Hasan Tiro: Identitas, Perjuangan, Warisan Bagi Generasi Muda Aceh” dipandu Ketua Aceh Bergerak, Eva Hazmaini. Ia menegaskan Hasan Tiro bukan sekadar sosok sejarah yang dikenang lewat buku, melainkan simbol identitas dan keberanian rakyat Aceh. “Perjuangannya bukan sekadar senjata, tapi juga membangun kesadaran tentang hak dan identitas kita,” ujarnya.

Pemantik diskusi, Teuku Miswar, menyebut Hasan Tiro menempuh “jalan sunyi” dalam perjuangannya. Ia menilai generasi muda perlu mewarisi keteguhan sang tokoh dalam memanfaatkan sumber daya Aceh untuk kesejahteraan rakyat.

Mantan juru runding GAM, Munawar Liza Zainal, menekankan disiplin dan konsistensi Hasan Tiro yang bahkan ikut mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Afrika melawan kolonialisme Prancis. “Hari ini, semangat melawan imperialisme itu harus tetap diwariskan,” katanya.

Hal serupa disampaikan Juru Bicara KPA, Zakaria, yang menuturkan perjalanan pendidikan Hasan Tiro mulai dari Yogyakarta hingga Universitas Columbia, Amerika Serikat. “Beliau pernah bekerja di PBB, namun memilih meninggalkan posisinya demi membela bangsa Aceh,” ungkapnya.

Anggota Komisi III DPR Aceh, Salmawati, mengajak masyarakat tidak berhenti pada peringatan semata. “Kalau mengenang, mungkin tidak ada di antara kita yang bisa menyamai perjuangan beliau. Tapi kita bisa mengambil sisi-sisi perjuangan itu untuk kita jalankan hari ini. Di DPRA sendiri, kami terus memperjuangkan kepentingan Aceh,” katanya.

Refleksi ini ditutup dengan doa bersama dan khanduri thon sebagai bentuk penghormatan. Hadir pula Sekda Aceh Muhammad Nasir, pelaku sejarah, seniman, organisasi masyarakat sipil, politisi, dan pemuda. (id64)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE