LANGSA (Waspada.id): Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam (HMJ SPI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Langsa menggelar workshop Penguatan Literasi Sejarah Kearifan Lokal bagi pelajar di SMA Negeri 1 Birem Bayeun, Aceh Timur dan SMA Negeri 3 Karang Baru, Tamiang, Kamis (2/10).

Workshop yang digagas Wakil Dekan III FUAD Dr. Danil Putra Arisandy, M.Kom.I yang juga sebagai Ketua Pembina HMJ SPI. mendapatkan dukungan penuh Rektor IAIN Langsa Prof. Dr. Ismail Fahmi Arrauf Nasution, MA, dan Dekan FUAD Dr. Mawardi, M.Si.
Dalam kesempatan itu, HMJ SPI menghadirkan para pakar dalam bidang sejarah sebagai pemateri utama yakni Dr. Sumiyati, M.Si, Nora Yuriwati, S.Pd dan M Ridwan Kholil, S.Pd, GR di SMA Negeri 1 Birem Bayeun dan SMA Negeri 3 Karang Baru.
Di sela kegiatan, Dr. Danil Putra Arisandy menjelaskan, workshop ini bertujuan untuk mengenali identitas bangsa, menumbuhkan nasionalisme, menghindari kesalahan masa lalu, dan membentuk karakter yang tangguh serta humanis.
Ia pun menegaskan pentingnya penguatan literasi sejarah ini kepada generasi muda untuk membentuk karakter sekaligus menambah pengetahuan sejarah dan dapat berpikir kritis untuk membedakan fakta, opini serta hoaks di masa sekarang dan yang akan datang.
“Di era digitalisasi ini, dengan memahami sejarah, generasi muda dapat belajar dari peristiwa masa lalu untuk menghadapi berbagai tantangan di sekarang ataupun masa depan,” ungkapnya.
Begitupun dengan budaya, dengan literasi ini memberikan pemahaman kepada generasi tentang nilai-nilai, tradisi dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi yang kini kian pudar.
“Jadi dengan literasi ini juga diharapkan dapat memperkaya pemahaman tentang budaya dan meningkatkan kemampuan komunikasi antar budaya, serta mendorong rasa tanggung jawab untuk melestarikan warisan bangsa,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua HMJ SPI, Lutfiah Ranti yang merupakan seorang mahasiswi yang tengah menggeluti kuliah SPI Semester V mengatakan kegitan Organisasi Mahasiswa HMJ SPI ini juga memiliki tujuan untuk mengasah keterampilan (soft skill dan hard skill), membangun jaringan profesional dan relasi.
“Melalui kegiatan ini juga menjadi sarana untuk melatih kepemimpinan, meningkatkan kepercayaan diri, dan kontribusi ditengah masyarakat Aceh Timur dan Aceh Tamiang, serta guna meningkatkan pemahaman pemuda lebih mencintai sejarah dan kebudayaan,” tukasnya. (id74)