LANGSA (Waspada): Hidup, cinta, dan perbuatan mengandung batas dan tanggung jawab.
Maka itu kita perlu mengingat untuk memanfaatkan umur sebaik mungkin, jangan terlena dengan cinta dunia dan sembrono dalam bertindak, karena semua itu ada konsekuensinya.
Demikian antara lain pesan yang disampaikan Ustadz Lumbira Butar-Butar, SHI (foto) saat memberikan tausiah singkat jelang shalat tarawih di Masjid Taqwa Muhammadiyah Langsa, Jumat (22/4).
Menurutnya, apa yang disampaikan tersebut merupakan cuplikan dari lima pesan Jibril kepada kita melalui Nabi Muhammad, agar kita selalu ingat untuk menggunakan umur selama hidup di dunia.
Seperti yang tersebut dalam sebuah hadits, kata dia, Rasulullah SAW bersabda, telah datang kepadaku Malaikat Jibril, dan Ia berkata: Wahai Muhammad, Hiduplah sesukamu, tapi ingatlah sesungguhnya engkau akan mati.
Berbuatlah sesukamu tapi ingatlah sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.
Cintailah siapa yang kamu suka tapi ingatlah sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.
Dan ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin terletak pada shalat malamnya dan kehormatannya terletak pada ketidak-butuhannya kepada manusia.
Kandungan makna hadits itu, jelasnya, yang pertama bahwa kematian adalah suatu keniscayaan yang akan dialami oleh siapapun. Hanya persoalan waktu, tempat dan keadaan yang membedakan kematian sesorang dengan orang lain, maka hendaklah selalu ingat kepada kematian.
Yang kedua, maksudnya bahwa sekecil apapun kebaikan atau keburukan amalan kita di dunia dipastikan akan mendapatkan balasan kelak di akhirat. Maka itu hendaklah banyak melakukan kebaikan dan pertimbangkan baik-baik akan balasan kelak di akhirat ketika akan melakukuan perbuatan buruk.
Yang ketiga, maksudnya jangan terlalu berlebihan dalam mencintai siapapun karena seseorang atau apapun yang kita cintai pada akhirnya akan ditinggalkan dan akan berpisah dengan kita.
Maka hendaklah kecintaan kepada Allah SWT dan kepada Rasul-Nya menjadi kecintaan yang utama dalam hati, karena kecintaan tersebut akan kekal abadi sampai dibangkitkan kelak di akhirat.
Yang keempat, maksudnya janganlah sandarkan kemuliaan kita pada materi kebendaan maupun jabatan, tapi sandarkanlah kemuliaan kita melalui taqarrub kepada Dzat Yang Maha Mulia, yang akan memberikan kemulian kepada hamba-Nya yang dekat dengan-Nya melalui shalat malam yang selalu ditegakkan.
Dan yang kelima, maksudnya bahwa Allah SWT adalah Dzat Pemberi rizki dan karunia kepada makhluknya. Maka janganlah sekali-kali kita menyandarkan dan mengharap kepada makhluk dalam hal memenuhi kebutuhan kita. (b12)











