LANGSA (Waspada.id): Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Aceh Langsa, Irfansyah mengajak seluruh kader, sayap, unsur dan rekan seperjuangan di Partai Aceh untuk merenungkan sebuah pesan Wali Nanggroe, Teungku Hasan Muhammad di Tiro, yang berkata: “Geutanyoe bangsa Aceh, beu ta thei droe dan beu ta tusoe droe” (Kita bangsa Aceh tahu diri dan kenal diri).
Menurutnya, pesan ini adalah cambuk bagi kesadaran kita: jangan pernah kita menjadi hamba di tanah sendiri.
Artinya, jangan biarkan hak-hak politik kita, harga diri kita, dan masa depan Kota Langsa, diambil oleh ketidakpedulian dan perpecahan. Kita harus tahu siapa diri kita, dan siapa sesungguhnya yang kita wakili.

Hal itu diutarakan Irfansyah saat membuka Pendidikan Politik (Dikpol) bagi seluruh kader, sayap partai, dan unsur terkait di Vitra Convention Hall, Sabtu (18/10).
“Kota Langsa adalah kota yang istimewa. Kota ini adalah miniatur keberagaman nasional, tempat di mana darah Aceh, Jawa, Batak, Minang, dan Tionghoa mengalir, bekerja, dan bermimpi bersama. Keberagaman ini, bukanlah kelemahan, melainkan fondasi kekuatan terbesar kita!,” ujarnya.
Namun, fakta politik menunjukkan kita ada kelengahan. Partai Aceh, yang lahir dari rahim perjuangan rakyat Aceh, sedikit kehilangan dominasi di panggung kota multikultural yang seharusnya menjadi rumah kita. Dominasi politik kita harus direbut kembali, dan ini adalah PR kolektif yang harus kita selesaikan.
Maka dari itu, sambung Dek Fan, sapaan akrab Irfansyah, Bimbingan Teknis ini hadir bukan sekadar untuk membahas administrasi atau laporan. Ini adalah momen untuk memperbaharui sumpah dan mengasah strategi.
“Kita harus mengubah narasi. Partai Aceh harus membuktikan diri sebagai wadah pemersatu yang paling tulus di Langsa. Kita harus terbuka. Partai ini tidak hanya milik suku Aceh. Partai ini adalah rumah politik bagi setiap warga Langsa, dari etnis manapun yang menginginkan Langsa makmur dan berkeadilan, tanpa diskriminasi,” ajak Dek Fan.
Lanjutnya, saudara-saudara, strategi kita sekarang adalah Merangkul. “Bek gertak gop, kecuali ka i meukat, jelas tabloe. Bek mita kesalahan gop, tapi segala nyang hana timang urusan publik, bek taumakot: kritik saja! Pastikan kritik berdasarkan data, kon karena sentimen.”
Selain itu, kita harus turun ke setiap lorong, ke setiap sudut pasar. Dengarkan keluh kesah para pedagang, aspirasi komunitas setiap suku di sana, kebutuhan. Sentuh hati mereka! Buktikan bahwa kitalah satu-satunya partai yang secara tulus menjaga kekhususan Aceh; sekaligus menjamin kesejahteraan semua warga Langsa yang majemuk.
Saat kita keluar dari ruangan Bimtek ini, kita harus membawa Semangat Persatuan! Jadikan keberagaman Kota Langsa sebagai energi, bukan sebagai penghalang. Kita adalah Partai Aceh, kita adalah representasi perjuangan, dan yang terpenting, kita harus menjadi representasi seluruh masyarakat Langsa!
“Saya yakin, dengan militansi kader yang tajam dan tekad yang bulat, dominasi Partai Aceh di Kota Langsa akan kita rebut kembali! Mari kita mulai pelatihan ini dengan tekad yang menyala!,” tandas Irfansyah.

Sebelumnya Ketua Panitia, Zulkifli Latief yang juga Fraksi PA DPRK Langsa dalam laporannya menyatakan, bahwa kegiatan Dikpol ini bertujuan menjalin silaturrahmi semua kader, sayap dan unsur Partai Aceh supaya kita selalu siap siaga dan tegar menghadapi apapun serta dalam kondisi apapun.
Selain itu, Dikpol ini juga sebagai bentuk pembinaan para kader agar peka dalam melihat situasi politik di daerah.
“Jadi, dari sejak awal para kader kita bina dan jalin silaturrahmi. Jangan 5 tahun sekali baru dipanggil, jadi melalui Dikpol itu teruslah melakukan komunikasi agar silaturahmi ini terus terjalin,” sebutnya.
Sementara itu, Ketua KPA Langsa, Burhansyah atau biasa disapa Polda menegaskan bahwa kedisiplinan yang selama ini menjadi ciri khas eks kombatan harus diubah menjadi kerendahan hati (humble) di tengah masyarakat.
“Kader Partai Aceh, penting untuk terus menjaga sikap di tengah masyarakat. Jaga attitude, jangan sampai blunder, kerendahan hati menjadi yang utama,” tegas Polda.
Menurutnya, Langsa adalah kota madya yang memerlukan kerja politik cerdik dan ‘politik wangi’. Kemenangan tidak bisa direbut dengan paksaan, melainkan dengan kepercayaan.
Polda menegaskan, Dikpol ini adalah bekal utama untuk menjalankan misi politik tersebut. Partai Aceh harus membuktikan bahwa transformasi ini didasari komitmen kuat terhadap pelayanan publik.
Jadi, Polda mengajak para kader Partai Aceh agar merubah main site (pola pikir) dan karakter dalam mengambil hati masyarakat tidak boleh keras.
“Kita buktikan bahwa semangat perjuangan yang dulu heroik, kini telah bertransformasi menjadi semangat pengabdian yang modern dan mencerahkan. Inilah cara kita merebut kembali hati rakyat Kota Langsa, demi mengembalikan kejayaan Partai Aceh di kota tercinta ini,” urai Polda.
Hadir sebagai narasumber, Wakil Ketua Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia dan Advokasi, Dr Nurlis Effendi, S.H., M.H, Wakil Sekretaris Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Organisasi yang juga sebagai Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky, S.HI, Wakil Sekretaris Bidang Penguatan Perdamaian, Juanda M. Djamal dan Tgk Sarjani atau Imum Jon. (Id74)