LANGSA (Waspada): Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) merupakan ajang mulia bagi kita semua, untuk menjaga warisan ulama atas karyanya, yang salah satunya berupa kitab kuning. MQK juga menjadi medium kompetisi antar dayah/pesantren bagaimana para santri terbaiknya menampilkan, dan mempertanggungjawabkan pemahamannya terhadap kitab.
Anggota DPR Aceh, Irfansyah saat menghadiri acara Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) se Kota Langsa dan Aceh Tamiang yang digelar di Hotel Harmoni mulai Jumat-Senin (2-5/12).
Menurut Dekpan, sapaan akrab Irfansyah, dengan adanya MQK juga memacu banyak santri, untuk giat belajar dalam hal ini muraajaah ataupun mutalaah, dalam bahasa Aceh disebut ‘meuulang’.
“Motivasi untuk terpilih mewakili dayah/pesantren ke MQK sesungguhnya berkorelasi positif terhadap naiknya indeks mahir di kalangan santri. Meskipun tidak banyak juga,” sebutnya
Legislator termuda Aceh ini berharap, dengan adanya MQK, para santri yang ada di wilayah Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang, bukan saja menjadi juara, melainkan dapat mengamalkan setiap surah kitab dalam kehidupan sehari-hari.
“Semua kita tahu, bahwa ilmu yang sedikit tapi diamalkan jauh lebih baik, daripada ilmu yang banyak namun dalam tindak-tanduk justru menjadi manusia yang ‘ulok-ulok’,” ujar Dekpan.
Selain itu, MQK di dua kabupaten/kota ini, harus dapat menjaring santri terbaik untuk mewakili Langsa dan Aceh Tamiang di MQK tingkat provinsi. Di provinsi, kafilah Langsa atau Aceh Tamiang, tidak boleh sekadar penggembira, namun harus juara. Lebih dari itu, doa saya semoga para tengku sekalian bisa menjadi yang terbaik di MQK tingkat nasional nantinya.
Diutarakan Irfansyah lagi, para santri dan segenap tengku sekalian, kita semua harus seiring sejalan (sapu kheun sapue pakat-red Aceh) untuk mempopulerkan MQK lebih bergaung lagi. Bagaimana caranya, agar MQK bisa semasyhur MTQ. Meskipun terbilang baru, kompetisi MQK InsyaAllah bisa menyamai MTQ yang semarak.

Aceh, sebagai daerah yang dikenal Serambi Mekkah, punya tanggungjawab yang besar untuk bersinar di MQK level nasional nantinya. Maka, saya berharap semua dayah/pesantren di Aceh, terutama Langsa dan Tamiang, setiap waktu, serius mengkaderkan santri terbaik, yang tidak semata-mata mahir surah di balee, tapi percaya diri saat tampil di depan Dewan Hakim.
“InsyaAllah di nasional kelak, Aceh bisa berbicara banyak. Jangan menyepelekan MQK, karena dengan ‘peu eleh’, saat Aceh tampil di nasional dan berada peringkat papan tengah atau bawah, maka yang diserang adalah dayah atau pesantren. Cemoohan juga akan datang, seperti kalimat, ‘Apa juga Serambi Mekkah, MQK saja peringkat bawah’,” tegas Irfansyah yang kini menakhodai Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA).(b13)