Lumpur setebal lutut menutupi halaman Masjid Nurul Mukmin, Kecamatan Kembang Tanjung, Senin (1/12/2025). Bau tanah basah menyengat hidung, setiap langkah terasa berat, dan suara sekop menghantam lumpur bergema di udara.
Di tengah itu, sosok Kapolres Pidie, AKBP Jaka Mulyana, SK., MIK, muncul, sekop di tangan, berbaur dengan warga, seolah menghapus batas antara aparat dan masyarakat.
“Ini bukan sekadar membersihkan masjid,” katanya, napas terengah di antara keringat dan debu. “Kami hadir untuk memastikan warga bisa kembali beribadah dengan aman dan nyaman.” tuturnya menambahkan.
Setiap gerakan Kapolres terlihat tegas, namun hangat. Ia menuntun personel Polri dan TNI, membimbing warga, bahkan sesekali ikut mengangkat sekop lumpur sendiri. Warga membantu menyiram sisa banjir, dan personil TNI/ Polri menyapu perlengkapan masjid, dan Kapolres berada di tengah, sesekali tersenyum melihat warga tertawa kecil di sela kerja keras.

Bagi warga, kehadiran Kapolres adalah penguat semangat. Ibrahim, salah seorang warga, menatap Kapolres sambil mengusap sajadah yang basah lumpur. “Kalau hanya kami sendiri, mungkin butuh waktu lama. Dengan Pak Kapolres dan TNI/ Polri di sini, masjid kami cepat bersih. Rasanya lega bisa sholat lagi di sini,” ujarnya, suaranya bergetar oleh rasa syukur.
Kapolres menjelaskan, masjid adalah pusat kehidupan warga. “Saat lumpur menutupinya, berarti kehidupan mereka terganggu. Kehadiran kami di sini bukan untuk dilihat, tetapi untuk memastikan mereka bisa kembali beribadah dengan tenang,” jelasnya.
Seiring sore menjelang, lumpur perlahan terangkat, dan halaman masjid kembali bersih. Kapolres berdiri sejenak, menatap hasil kerja bersama warga. Di sana, terlihat bukan sekadar hasil fisik, tetapi simbol kepedulian, solidaritas, dan kepemimpinan yang hadir di tengah bencana.
Setiap tetes keringat, setiap tawa warga, dan setiap sapuan sekop menjadi cerita tentang keberanian, kepedulian, dan harapan yang kembali tumbuh di Kembang Tanjung. MUHAMMAD RIZA/Waspada.id












