SIGLI (Waspada): Sebanyak 180 etnis Rohingya yang datang dari Kamp Kutu Balang, Bangladesh, kembali diusir warga pesisir, Kecamatan Muara Tiga, Sabtu (23/12) pagi.
Sekarang, mereka ditempatkan sementara di halaman kantor Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil (Disdukcapil), Kabupaten Pidie.
Sebelumnya, rombongan warga etnis Rohingya, ini pernah diusir dan sempat menduduki halaman gedung DPRK Pidie, Kamis (21/12) malam.
Kemudian, Jumat (22/12) dinihari, mereka dipulangkan kembali ke pesisir pantai Muara Tiga. Namun sekira pukul 05:00 WIB, warga pesisir Kecamatan Muara Tiga, kembali mengangkut rombongan Rohingya ini ke Kota Sigli. Mereka diturunkan di halaman gedung Pidie Convention Center (PCC), Gampong Lampeudeu Tudong. Tidak lama setelah mereka diturunkan, lalu warga setempat kembali mengusir, lalu mereka berjalan ke halaman kantor Bupati Pidie.
Dari kantor pusat pemerintahan Kabupaten Pidie, itu lalu warga etnis Rohingya tersebut diarahkan kembali berjalan ke kantor Disdukcapil, Kabupaten Pidie.

Meski sudah berada di kantor Disdukcapil, kedatangan rombongan warga etnis Rohingya tersebut masih mendapat protes warga lokal setempat yang menolak mereka.
Warga Tijue, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie meminta Pemkab Pidie untuk membawa mereka kembali ke laut, atau mendeportasi ke negara asalnya Bangladesh.
“Kami memberi waktu sampai pukul 13:00 WIB. Sampai siang, jika mereka masih ada di sini, dengan terpaksa kami warga ambil tindakan,” kata salah seorang warga Tijue.
Hamid Husen, 28, salah seorang warga etnis Rohingnya, dijumpai Waspada di halaman Dinas Kependudukan, Kabupaten Pidie, mengatakan ia bersama ratusan warga etnis Rohingya terpaksa berangkat ke Kota Sigli, karena diusir oleh penduduk lokal di Kecamatan Muara Tiga.
Cerita Hamid, malam itu warga Rohingya sedang terlelap tidur, tiba-tiba datang warga membangunkan dan mengarahkan mereka semua menaiki sejumlah truk yang sudah disiapkan. Setelah memastikan, semua warga etnis Rohingnya berada di dalam truk, satu persatu truk berjalan menuju arah Kota Sigli.
“Setiba di Kota Sigli, kami diturunkan di depan gedung besar. Kemudian diarahkan ke kantor bupati dan selanjutnya kami berjalan ke kantor ini, bapak,” kata Hamid.
Dari 180 warga Rohingnya, ini lanjut Hamid, satu orang anak sakit sekarang sedang mendapat perawatan di salah satu rumah sakit suwasta di Sigli. “Saya tidak tahu apa nama hospitalnya, tetapi sekarang satu anak dan ibunya lagi di hospital itu,” katanya.
Hamid Husen, menuturkan lelah juga karena kedatangan mereka tidak diterima penduduk lokal. Ia bersama rombongan etnis Rohingya lainnya memohon agar bisa diberikan tempat tinggal, bergabung dengan rombongan Rohingya lainnya di tempat penampungan Mina Raya, Kecamatan Padang Tiji.
“Kami mohon ditempatkan di penampungan Mina Raya. Kami sudah lelah, mohon bisa dibantu,” kata Hamid Husen dengan wajah memelas.
Di tempat yang sama, Mukti, 23, warga Tangse, Kabupaten Pidie mengaku sangat terganggu dengan hadirnya warga Rohingya di halaman kantor Dinas Kependudukan, Kabupaten Pidie. Pasalnya dampak dari kedatangan warga Rohingya, ini kantor Disdukcapil ditutup.
“Saya hari ini harus mengurus KTP dan KK, saya. Tetapi pelayanan dihentikan sementara, kantor ditutup. Saya datang dari jauh bang. Saya ini warga Tangse, tadi pagi-pagi sekali saya datang kemari, tetapi setiba di sini pelayanan ditutup karena ada orang-orang ini. Mohong kepada Pemkab Pidie, Pak Pj Bupati bersama jajarannya diperhatikan nasib kami, karena kami warga bapak,” pungkasnya.(b06)