Scroll Untuk Membaca

AcehPendidikan

Khataman 43 Santri DMT Jontor Di Pendopo Wali Kota Subulussalam

Penampilan alumni MTs dan MA DMT Jontor usai diwisuda. (Waspada/Khairul Boangmanalu) 
Penampilan alumni MTs dan MA DMT Jontor usai diwisuda. (Waspada/Khairul Boangmanalu) 
Kecil Besar
14px

SUBULUSSALAM (Waspada): Khataman 43 santri Dayah Modern Terpadu (DMT) Jontor, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam di aula Pendopo Wali Kota Subulussalam, Senin (6/5) sukses.

Total santri tersebut terdiri dari 39 tingkat tsanawiyah angkatan ke-28 dan empat tingkat aliyah angkatan ke-25.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Khataman 43 Santri DMT Jontor Di Pendopo Wali Kota Subulussalam

IKLAN

Kepala MA Zainal Abidin, S.PdI melaporkan, khataman disusul ujian akhir. Para alumni diminta terus belajar, formal maupun informal karena tantangan ke depan lebih berat. 

“Jangan lalaikan shalat, karena tanpa shalat semua akan sia-sia,” kata Zainal berharap alumni MTs melanjutkan ke MA DMT untuk mengikuti program belajar berkelanjutan, lalu alumni MA ke jenjang yang lebih tinggi.

Dalam bimbingannya pada khataman ditandai pengalungan selempang dan ijazah DMT kepada wisudawan, Direktur Pendidikan/Pimpinan DMT, Drs. Bambang Chairuddin, MM sebut jika sejak berdiri 1989 (sesuai akta pendirian), DMT mengawali belajar progresif, 1991 sistem belajar gratis dan mendatangkan santri dari trans bekerjasama dengan MPU.

Kemudian, 1993 perdana dibuka MTs disusul tiga tahun kemudian berdiri MA dengan salah seorang alumnus I saat ini, Aris Yulianto, kini PNS yang hadir selaku orang tua seorang santri MA. Disebut, TPA/TKA binaan DMT Jontor juga perdana dan tertua di Aceh.

Sangat bersyukur, DMT Jontor menjadi basis pendidikan yang tak hanya mendidik anak tetapi juga orang tua. Bambang pun mengapresiasi para orang tua yang mengamanahkan anak-anak mereka untuk menimba pendidikan di DMT Jontor, yang saatnya kini khataman.

Kepada semua alumni, Bambang sebut proyeksi pendidikan abad ke-21 harus memiliki akhlak (karakter moral dan kinerja) dan berkompetensi (kritis, kreatif dan komunikatif) serta literasi (tidak cuma membaca, menulis) tetapi perlu keterbukaan wawasan.

“Tamat mau ke mana, gaya tak penting, misnok (baca: miskin tapi nokoh) karakter tidak baik dan jangan abaikan shalat,” kata Bambang, mengapresiasi jajaran staf pengajar dan keluarga besar DMT yang dinilai berperan besar dalam hidup dan perkembangan DMT hingga saat ini. 

Selain para orang tua para santri khataman, hadir di sana Pengawas Madrasah, Aab Syihabuddin, M.Ag mewakili Kepala Kantor Kemenag Kota Subulussalam dan undangan lain. (b17)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE