LANGSA (Waspada.id) Universitas Samudra (Unsam) Kota Langsa, Aceh, berinovasi dengan meluncurkan komik digital berbasis budaya lokal “Sumang” untuk mengedukasi adab pergaulan dan mencegah pelecehan seksual pada anak sekolah dasar.
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap tingginya kasus pelecehan seksual di Aceh dan upaya melestarikan nilai-nilai budaya yang relevan.
Tim dosen Unsam menggandeng Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus 1 Cut Mutia Kota Langsa, yang terdiri dari tujuh sekolah dasar di Kecamatan Langsa Baro, untuk melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat ini.

Ketua Tim Pelaksana PKM Unsam, Rapita Aprilia, M.Pd, Kamis (11/9) menjelaskan bahwa kegiatan utama meliputi pelatihan dan pendampingan guru dalam mengembangkan media komik digital berbasis nilai-nilai budaya lokal “Sumang”.
Budaya Sumang, yang merupakan norma sosial masyarakat Gayo, dinilai sangat relevan dalam mengatur adab pergaulan, sopan santun, dan batasan interaksi sosial anak.
“Nilai-nilai lokal ini menjadi alternatif edukasi adab dan batasan pergaulan yang dekat dengan konteks anak. Media komik digital kami pilih agar sesuai dengan gaya belajar siswa masa kini yang berorientasi digital,” ujar Rapita.

Alpidsyah Putra, M.Pd, menambahkan bahwa Provinsi Aceh saat ini berada dalam kondisi darurat pelecehan seksual anak. Data Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2024 menunjukkan Aceh menempati urutan pertama dengan 135 kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan. Oleh karena itu, edukasi adab pergaulan menjadi sangat mendesak.
Program ini juga melibatkan mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Unsam sebagai tim pendamping guru dalam merancang konten komik digital. Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Unsam, Prima Nucifera, M.Pd, turut membimbing mahasiswa dalam proses ini.
Selain memperkenalkan adab pergaulan dan pencegahan pelecehan seksual, program ini juga bertujuan memperkuat literasi membaca dan budaya siswa.
“Kami tidak hanya memfasilitasi pengembangan komik digital, tapi juga bagaimana perjalanan belajar siswa diimplementasikan dengan menyenangkan dan mudah diakses oleh siswa sehingga menumbuhkan semangat literasi baca dan budaya siswa Sekolah Dasar,” ujar Prima.

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini menginspirasi para guru untuk memanfaatkan perangkat teknologi yang sudah tersedia di sekolah secara lebih optimal.
Ketua KKG Cut Mutia, Mursida, S.Pd, menyambut positif program ini dan berharap pendampingan dapat dilakukan secara rutin.
“Kami para guru merasa terbantu, karena belum pernah ada pelatihan langsung terkait edukasi adab pergaulan dan pencegahan pelecehan seksual yang dikemas dengan pendekatan budaya lokal dan digital,” ujarnya.
Ia berharap pengalaman ini dapat menjadi bekal untuk mengembangkan pembelajaran berbasis budaya dan digital yang inovatif dan kreatif.(id74)