Scroll Untuk Membaca

Aceh

Krisis Solar Tak Kunjung Berakhir, Warga Abdya Tersandera Antrean Panjang Di SPBU

Krisis Solar Tak Kunjung Berakhir, Warga Abdya Tersandera Antrean Panjang Di SPBU
Antrean panjang kendaraan di SPBU Pantee Pirak, Kecamatan Susoh. Kelangkaan solar di Abdya kembali menuai keluhan warga. Sabtu (1/11).Waspada.id/Syafrizal
Kecil Besar
14px

BLANGPIDIE (Waspada.id): Momok kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, khususnya solar, kembali menjadi keluhan utama masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Meski berlangsung bertahun-tahun, hingga kini persoalan tersebut tak kunjung tertuntaskan. Akibatnya, antrian panjang kendaraan masih menghiasi tiga Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang beroperasi di wilayah itu.

Pantauan Waspada.id, Sabtu (1/11), tiga titik SPBU, masing-masing di Keudee Paya (Blangpidie), Pantee Pirak (Susoh) dan Babah Rot, terlihat dipenuhi truk, bus, minibus hingga kendaraan angkutan barang yang mengular hingga ratusan meter. Antrean mulai terbentuk sejak pukul 12.00 WIB, jauh sebelum pasokan solar tiba.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Namun ironi terjadi saban waktu. Meski telah menunggu berjam-jam dalam panas dan hujan, tak sedikit pengendara kecewa karena solar disebut telah habis, saat giliran mereka mendekati dispenser pengisian. Situasi tersebut memicu amarah dan kekecewaan yang tak terbendung. “Sudah antri dari siang, giliran udah dekat, petugas bilang solar habis. Rasanya seperti dipermainkan,” kesal Razali, sopir truk asal Kecamatan Lembah Sabil.

Hal senada juga diungkapkan Suryadi, sopir bus lintas Abdya–Tapaktuan. Ia menilai kelangkaan solar seolah dibiarkan tanpa penyelesaian serius. “Ini bukan sekali dua kali, tapi sudah bertahun-tahun. Kalau alasan distribusi, kenapa tidak ada solusi? Apa fungsi pengawasan? Kami ini nyari makan, bukan nyari masalah,” kesalnya.

Warga dan sejumlah sopir menilai, persoalan kelangkaan solar di Abdya bukan hanya soal kuota, tetapi juga lemahnya pengawasan dari pihak terkait. Isu “penyusup antrian”, penimbunan, hingga diduga adanya distribusi tidak tepat sasaran, menjadi suara yang kerap terdengar di kalangan pengguna jalan. “Kalau semua tepat sasaran, mustahil solar cepat habis. Ini pasti ada permainan. Entah siapa yang bermain, yang jelas rakyat kecil yang dirugikan,” sebut Junaidi, sopir pick up dari Kecamatan Kuala Batee.

Ia meminta pemerintah daerah, Pertamina dan aparat penegak hukum, untuk turun secara langsung, tanpa sekadar melakukan inspeksi formalitas di atas kertas. “Masyarakat tidak butuh banyak rapat. Yang dibutuhkan tindakan di lapangan. Kalau perlu pasang pos pengawasan permanen di SPBU,” katanya.

Krisis solar yang berkepanjangan bukan hanya berdampak pada para sopir, tetapi juga menghambat jalur logistik, distribusi hasil pertanian, hingga aktivitas ekonomi lokal. Tidak sedikit pedagang yang mengaku kehilangan peluang usaha, akibat terhambat transportasi. “Kita sudah terlalu lama bersabar. Pemerintah tolong dengar. Ini bukan soal kenyamanan, tapi soal keberlangsungan hidup masyarakat,” ujar Darwis, salah seorang petani pengangkut padi.

Hingga berita ini diturunkan, pihak terkait belum menyampaikan keterangan resmi, terkait solusi jangka panjang distribusi BBM subsidi di Abdya. Masyarakat berharap, derita panjang mengantri solar, tidak terus menjadi cerita rutin yang tak berkesudahan.(id82)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE