AcehHeadlines

Kualasimpang; Kota Yang Seperti “Zombi” Pasca Bencana

Kualasimpang; Kota Yang Seperti “Zombi” Pasca Bencana
Kondisi Kualasimpang Selasa (2/12) malam.
Kecil Besar
14px

ACEH (Waspada.id): Selasa (2/12/25) sore, tak lama setelah maghrib, tim Waspada.id memutuskan menembus rute lintas Sumatera dari Langsa menuju Medan meskipun cuaca mendung gelap dan tak bersahabat.

Beberapa jam sebelumnya, BNPB telah memberitahukan bahwa rute rawan longsor dan banjir di Bukit Seumadam serta perbatasan Sumatera Utara-Aceh sudah dapat dilalui.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Perjalanan dari Langsa terasa jauh lebih panjang dari biasanya. Setiap kilometer menghadirkan jejak tragedi: sisa lumpur, puing rumah terbawa arus, motor dan mobil mewah bekas terseret banjir, dan wajah-wajah letih para penyintas yang selama berhari-hari terjebak di Manyak Payed hingga Bendahara dan jantung kota. Namun apa yang menanti di Kualasimpang menjadi pemandangan paling mencekam di sepanjang rute itu.

Sekitar pukul 22.30, tim memasuki ibu kota Kabupaten Aceh Tamiang yang telah berubah rupa. Kota itu lumpuh, gelap total—tanpa listrik, tanpa jaringan seluler, tanpa kehidupan. Negara tak tampak hadir di kota luluh lantak itu. Rumah-rumah terlihat kosong, sebagian terendam bekas luapan banjir; mobil-mobil terseret arus kini terparkir tak beraturan, ditinggalkan dalam keadaan berlumpur. Bau menusuk dari sampah dan lumpur pekat menggantung di udara, seolah kota itu baru saja bangkit dari kiamat kecilnya sendiri.

Di sepanjang jalan protokol, kelompok-kelompok warga berdiri menunggu apa saja yang bisa datang. Mereka tak ragu menghentikan kendaraan, sekadar berharap mendapatkan makanan, air minum, atau kebutuhan darurat lainnya. Tubuh dan pakaian mereka masih dilumuri lumpur, menjadi tanda betapa dahsyatnya arus yang melanda.

“Subhanallah… ini harus cepat diatasi. Kalau tidak, keadaan bisa jauh lebih parah,” ucap Maskur Abdullah, anggota tim yang ikut menyaksikan langsung suasana kelam itu.

Keluar dari Kualasimpang, pelintas masih harus berhati-hati. Genangan air yang tersisa, terutama di depan Markas Kodim Aceh Tamiang, masih cukup tinggi untuk menimbulkan risiko. Namun rasa cemas sedikit mereda begitu melintasi Bukit Seumadam, kawasan yang sejak awal menjadi perhatian utama para relawan dan aparat.

“Alhamdulillah, titik yang paling kita khawatirkan akhirnya lancar,” tutup Maskur, di tengah perjalanan panjang yang menyisakan banyak cerita getir dari Aceh Tamiang.(id03)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE