TAKENGON (Waspada): Satu lagi warga Dataran Tinggi Gayo diduga menjadi korban penipuan berkedok pekerjaan di luar negeri. Al Muttakim, Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kampung Asir-Asir, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, saat ini tengah berjuang untuk bisa kembali ke tanah air setelah berhasil kabur dari tempat kerjanya di Kamboja.
“Kondisinya serupa seperti dua PMI asal Bener Meriah sebelumnya, yakni Tanwir Ayubi dan Feri Sapuan, yang juga terjebak kerja di Kamboja dan diduga menjadi korban jaringan penipuan serta berpotensi terjebak dalam kasus perdagangan orang,” ungkap Yusradi Usman al-Gayoni, Inisiator World Gayonese Community (Diaspora Gayo Dunia), melalui pesan WhatsApp dari London, Inggris, kepada Waspada Selasa (22/7/2025).
Yusradi, yang sebelumnya pernah menjadi Anggota Tim Pengembangan Kawasan Gayo-Alas di bawah Kemenko PMK RI, mengaku mendapatkan informasi mengenai kondisi Muttakim dari Tanwir Ayubi pada 14 Juli 2025. Sejak itu, ia langsung menghubungi Wakil Bupati dan Sekda Aceh Tengah untuk meminta perhatian, serta pada 20 Juli mengirim pesan kepada Bupati Aceh Tengah, namun hingga kini belum mendapat respon.
“Saya paham mungkin beliau sedang sibuk, tapi ini menyangkut nyawa dan masa depan anak muda Gayo,” ujarnya prihatin.
Menurut Yusradi, saat ini Muttakim tengah berupaya mengurus visa dan paspor yang sebelumnya ditahan oleh pihak tempatnya bekerja. Sementara itu, keluarga di Aceh Tengah, terutama sang ibu, Darmayanti (Ati Armaya), yang sempat menghubunginya lewat panggilan WhatsApp, memohon bantuan agar anaknya bisa segera pulang ke kampung halaman.

“Alhamdulillah, ia berhasil kabur dari lokasi kerja. Namun tantangannya belum selesai. Sekarang sedang mencari biaya untuk bertahan hidup di Kamboja sambil menunggu proses kepulangan,” tambah Yusradi.
Selain menghubungi pemerintah daerah, Yusradi juga berkoordinasi dengan jaringan temannya di Kementerian Luar Negeri dan Migrant Care Indonesia, agar bisa membantu proses pemulangan Al Muttakim.
Ia menekankan pentingnya pemerintah daerah, khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah, membentuk layanan pengaduan khusus untuk kasus-kasus PMI yang menjadi korban di luar negeri.
“Kita perlu sistem cepat tanggap, juga langkah antisipatif. Kalau tidak, akan terus bermunculan korban baru,” ujarnya tegas.
Ia juga menyoroti akar masalah dari gelombang migrasi kerja ini, yakni minimnya lapangan pekerjaan di daerah. “Selama daerah kita belum bisa menyediakan lapangan kerja yang layak, warga kita akan terus rentan jadi korban penipuan berkedok pekerjaan di luar negeri,” tutup Yusradi.
Ini adalah kasus ketiga yang terungkap dalam kurun waktu kurang dari setahun, menambah daftar panjang PMI asal Dataran Tinggi Gayo yang tertipu sindikat pekerjaan palsu di luar negeri.(cno)