Di balik hening subuh, saat cahaya pagi belum menembus pepohonan, kehidupan masih berada di antara tidur dan sadar, ada satu gerakan yang menggetarkan langit: sujud. Dan lewat sujud itulah, Tgk H Farmadi ZA MSc, atau yang akrab disapa Abu Dayah Manyang, mengajak umat untuk menemukan kemenangan yang paling hakiki, yakni mengalahkan iblis dalam diri.
Abu Farmadi, Pimpinan Dayah Manyang Puskiyai Aceh di Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), menggagas sebuah gerakan yang ia namakan Program S3 (Siaga Sujud Sajdah). Program ini dilakukan dengan menjadi imam Shalat Subuh berjamaah di masjid-masjid. Kemudian mengajak jamaah untuk melakukan sujud sajdah, ketika ayat-ayat sajadah dibacakan dalam bacaan shalat.
Gerakan ini bukan hanya ibadah sunnah yang menghidupkan subuh. Ia adalah seruan untuk menyadarkan kembali posisi seorang manusia di hadapan Tuhannya, bahwa ketika dunia menggiring langkah pada kesombongan, sujud adalah cara kembali pulang.

SUJUD YANG MEMBUAT IBLIS MENANGIS
Dalam setiap tazkirahnya, Abu Dayah Manyang selalu mengingatkan satu pesan dari hadits Rasulullah SAW: “Jika anak Adam membaca ayat sajadah lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis iblis berkata: ‘Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, maka ia sujud dan baginya surga. Aku sendiri diperintahkan sujud namun menolak, maka bagiku neraka” (HR. Muslim).
Abu Farmadi menjelaskan dengan lembut namun tegas, bahwa sujud sajdah bukan hanya gerak tubuh. Ia adalah pukulan telak terhadap iblis, penundukan ego, penghancuran kesombongan dan bentuk pengakuan hamba, bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa selain Allah. “Sujud itu adalah titik terendah tubuh kita, tetapi justru titik tertinggi kehormatan seorang hamba,” ujarnya.
Ia mengibaratkan perjuangan melawan iblis seperti pertarungan. “Iblis itu kuat dan cerdik, tetapi saat kita sujud, dia seperti petarung yang terkunci di bawah, tidak bisa bergerak. Ibarat Khabib ketika menaklukkan lawannya dengan kuncian. Sujud adalah kuncian kita kepada iblis,” urai Abu Farmadi.
SUBUH PERTEMUAN PERTAMA DENGAN SANG PENCIPTA
Abu Dayah Manyang selalu menekankan, bahwa subuh adalah fondasi hari. “Siapa yang menjaga subuhnya, Allah menjaga hidupnya,” ujarnya.
Saat seluruh dunia masih tidur, Allah memanggil hamba-hamba pilihan untuk datang kepada-Nya. Mereka yang menyambut panggilan itu bukan orang biasa. Mereka adalah jiwa-jiwa yang ingin dikuatkan, dibimbing dan ditetapkan hatinya. “Kalau pertemuan pertama kita dengan Allah pada hari itu baik, maka Allah akan memudahkan seluruh urusan kita. Maka Program S3 bukan sekadar ibadah, ia adalah latihan disiplin batin,” lanjutnya.
MENDEKATI MASYARAKAT, MENGHIDUPKAN MASJID
Abu Dayah Manyang Farmadi mengatakan, program ini telah dilaksanakan di berbagai wilayah. Mulai dari Banda Aceh, Aceh Besar, hingga Labuhan Haji Aceh Selatan. Kini, gelombangnya terasa kuat di Abdya. Masjid-masjid yang dikunjungi bukan sekadar menjadi tempat shalat. Ia menjadi rumah penguatan iman.
Dalam setiap kunjungan, Abu Farmadi juga membagikan selebaran berisi bacaan sujud sajdah secara gratis, agar masyarakat tidak hanya ikut ketika beliau hadir, tetapi bisa mengamalkannya secara mandiri.
Program ini juga telah mendapat dukungan dari berbagai elemen, termasuk jajaran Kodim 0110/Abdya melalui kegiatan Serdadu Sujud Sajdah—sebuah kolaborasi antara nilai religius dan pembentukan mental spiritual.

MASYARAKAT MENANTI KEHADIRAN
Beberapa masjid yang telah disinggahi Program S3 antara lain, Masjid Desa Suak Nibong, Masjid Nurul Huda Desa Mesjid, pada 7 November mendatang, program ini akan dilaksanakan di Masjid Baitul Maqdis, Desa Kedai, Kecamatan Manggeng. Masyarakat menanti bukan hanya karena ingin shalat berjamaah, tetapi karena ingin merasakan kedalaman makna sujud, yang selama ini mungkin dilakukan hanya sebagai gerakan rutin.
SUJUD, KEMENANGAN YANG TIDAK TERDENGAR, TAPI TERASA
Dalam dunia yang penuh hiruk pikuk, Abu Dayah Manyang menghidupkan kembali satu pesan sederhana ‘Jika engkau ingin menang dalam hidup, kalahkah dulu dirimu di hadapan Allah’. Dan itu dimulai dari satu titik, yaitu Sujud. “Subuh adalah awal, sujud adalah kemenangan, iman adalah cahaya yang membimbing langkah. Dengan sujud, iblis kalah, hati menang,” pungkasnya. Syafrizal/WASPADA.id













