SIGLI (Waspada.id): Minat masyarakat Kabupaten Pidie menggunakan rangka baja ringan sebagai bahan konstruksi atap rumah dan bangunan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Material ini kini banyak dipilih untuk perumahan, gedung perkantoran, hingga toko, karena dinilai lebih kuat, tahan lama, dan minim perawatan dibandingkan kayu.
Meski demikian, sebagian warga masih menunjukkan keraguan untuk beralih ke baja ringan lantaran khawatir terhadap risiko berkarat atau mudah roboh saat diterpa angin kencang. Padahal, menurut para pelaku usaha, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar.
“Baja ringan sekarang kualitasnya sudah jauh lebih bagus, apalagi merek-merek seperti Kobe dan Taso, itu kualitasnya di atas rata-rata,” ujar Tgk Hasan, salah satu distributor baja ringan di Kota Sigli, Selasa (4/11).
Hasan menjelaskan, harga rangka baja ringan di pasaran saat ini berkisar Rp220.000 hingga Rp250.000 per meter, sudah termasuk seng dan biaya pemasangan. Produk yang dijualnya telah memenuhi standar SNI, dengan spesifikasi rangka baja tebal 0,75 milimeter, reng 0,45 milimeter, dan seng mulai dari 0,30 milimeter ke atas.
Usaha yang dirintis sejak 2006 itu kini menjadi salah satu penyedia material baja ringan terbesar di Pidie. Warga pun tidak perlu lagi ke Medan untuk mendapatkan kebutuhan bahan atap rumah.
“Atap berfungsi melindungi rumah dari hujan dan panas. Jadi strukturnya harus kuat, dan rangka baja ringan adalah pilihan yang tepat,” tambahnya.
Di wilayah Pidie sendiri, masyarakat umumnya menggunakan dua jenis rangka atap, yaitu kayu dan baja ringan. Pemilihan material bergantung pada preferensi serta anggaran pemilik rumah. Namun, banyak warga mulai beralih ke baja ringan karena lebih tahan rayap, tidak mudah lapuk, dan pemasangannya lebih cepat.
Salah seorang warga Pidie, Akmal, mengaku memilih baja ringan untuk atap rumah barunya. “Selain kuat, saya tidak perlu khawatir soal rayap atau kayu lapuk. Pemasangannya juga cepat, hanya beberapa hari sudah selesai,” ujarnya.
Secara umum, penggunaan baja ringan dinilai menjadi solusi alternatif di tengah semakin langkanya kayu berkualitas. Kondisi hutan yang terus menurun akibat eksploitasi juga membuat harga kayu kian melambung tinggi. Dengan perkembangan teknologi bahan bangunan, baja ringan kini menjadi pilihan ekonomis yang tahan cuaca, stabil secara dimensi, dan memiliki daya tahan tinggi terhadap pelapukan. (id69)



  
    
  
  
      









