Scroll Untuk Membaca

Aceh

MIUMI Aceh Kecam Invasi Rusia Ke Ukrania

Kecil Besar
14px

BANDA ACEH (Waspada): Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Dr.Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Karena, serangan milter Rusia ini telah melanggar kedaulatan negara Ukraina dan memakan korban yang banyak dari warga sipil Ukraina dan tentara kedua belah pihak. 

Selain itu, kata dia, telah menghancurkan harta dan bangunan rakyat sipil, serta mengancam stabilitas dunia. 

Scroll Untuk Lanjut Membaca

MIUMI Aceh Kecam Invasi Rusia Ke Ukrania

IKLAN

“Sebagai wujud empati dan rasa kemanusiaan, saya merasa sedih dan prihatin terhadap warga sipil Ukraina yang menjadi korban perang ini. Mereka warga sipil yang tidak bersalah,” ungkap Ustadz Yusran kepada Waspada, Jumat (11/3) menanggapi konflik Rusia dan Ukrania sejak 24 Februari 2022 lalu.

Kata dia, yang menjadi korban warga sipil hanya gara-gara kepentingan pemimpin Ukraina yang pro Amerika dan Uni Eropa dan pemimpin Rusia yang anti Amerika dan Uni Eropa. Ini sebenarnya perang antara Amerika dan Rusia. Tempatnya di Ukraina, dan yang korban rakyat Ukraina.

MIUMI Aceh juga menyayangkan sikap pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov yang telah mengirimkan 12.000 tentara muslim Chechnya untuk membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina.

Tindakan Ramzan ini suatu kesalahan besar dan fatal. Dia telah memperparah konflik Rusia dan Ukraina menjadi lebih besar dan menyeret umat Islam Chechnya kepada konflik yang seharusnya bukan urusan mereka. Ini konflik Rusia yang komunis dan Ukraina. “Sepatutnya dia dan pasukannya tidak terlibat dalam perang ini, karena bukan urusan mereka,” pungkas Ustadz Yusran.

Menurutnya, tindakan Ramzan ini justru merugikan umat Islam khususnya rakyat Chechnya. Perang ini hanya mengorbankan jiwa, harta, pikiran dan tenaga para tentara muslim Chechnya. Tidak ada maslahah sama sekali. Justru banyak mudharatnya.

Parahnya lagi, pasukan Chechnya berperang dengan muslim Ukraina yang membela diri, keluarga dan tanah airnya dari serangan agresor Rusia. Umat Islam Chechnya dan Rusia bisa saling membunuh dengan umat Islam Ukraina. Maka siapa yang rugi? Tentu umat Islam. “Umat Islam diadudomba oleh presiden Rusia Vladimir Putin,” ujar Doktor bidang Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM).

Bahkan, sebut Ustadz Yusran, tindakan Ramzan ini tidak memberikan kemaslahatan bagi umat Islam khususnya rakyat Chechnya. Dia membantu Rusia untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mengingat dia anak angkat dan loyalis Putin. “Dia dimanfaatkan oleh Putin untuk kepentingan Putin dan Rusia,” katanya. 

Kecuali itu, MIUMI Aceh meminta kepada umat Islam, khususnya umat Islam Indonesia untuk bersikap netral dalam menyikapi persoalan ini. Jangan memihak kepada Ukraina (yang pro Amerika dan Yahudi) dan jangan pula memihak kepada Rusia yang sosialis. Karena, keduanya sama saja bagi umat Islam yaitu sama-sama kafir, musuh Islam, dan pembunuh umat Islam.

‘Artinya, jangan latah mendukung Rusia hanya karena benci dengan Amerika dan sekutunya negara-negara Barat. Atau hanya karena melihat sikap dukungan Ramza kepada Rusia. Berpikirlah yang jernih dan cerdas. Bersikap netral itu lebih baik, terhormat dan selamat bagi umat Islam dan seluruh umat manusia. Ini sesuai dengan ajaran Islam,” ujar Ustadz Yusran. 

Dikatakan, negara-negara Islam tidak patut mendukung Rusia atau Ukraina. Ini konflik antara kedua negara tersebut. Melibatkan diri dalam konflik ini dengan mengirim tentara, bantuan militer, atau memberi dukungan lainnya justru menambah masalah, memperparah konflik, membawa banyak kemudharatan bagi negara-negara Islam sendiri serta mengancam stabilitas keamanan internasional.

“Untuk itu, MIUMI meminta negara-negara Islam untuk mengecam invasi Rusia dan mendesak Rusia untuk menghentikan serangannya serta meminta kedua belah pihak yang bertikai untuk melakukan gencatan senjata dan melakukan perundingan damai. Ini semua untuk kepentingan semua negara khususnya kedua negara tersebut,” papar Doktor bidang Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM).

Yang lebih penting lagi, lanjut Ustadz Yusran, meminta negara-negara Islam khususnya Indonesia untuk berperan dalam konflik ini menjadi pendamai (juru damai) dan pemberi solusi konflik. Inilah tindakan yang sesuai dengan ajaran Islam. Islam itu damai, mengajarkan perdamaian dan membawa pesan perdamaian ke seluruh dunia. Inilah salah satu misi Islam dan makna Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.

Sementara, pemerintah Indonesia diminta untuk menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif sebagaimana diamanahkan oleh Undang Undang Dasar (UUD) 1945. Bebas berarti tidak berpihak kepada salah satu dari dua blok dunia yaitu blok Barat yang menganut paham liberalisme yaitu Amerika dan Uni Eropa dan Blok Timur yang menganut paham sosialisme/komunisme yaitu Rusia dan pecahan negara-negara Uni Soviet. Aktif berarti ikut berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia.

“Sejak dulu, para ulama dan tokoh Islam pendiri negara Indonesia telah bersikap netral dalam menyikapi konflik blok Barat yang liberalis (Amerika dan Uni Eropa) dengan blok Timur yang sosialis/komunis (Uni soviet, sekarang Rusia beserta negara-negara pecahan Uni Soviet). Tidak mendukung salah satu blok tersebut,” jelas pengurus Parmusi Aceh ini.

Karenanya, meminta umat Islam untuk tidak terpecah belah dalam masalah dukung mendukung dan tidak mau diadu domba. Umat Islam harus bersatu dan berpegang teguh dengan ajaran Alquran dan As-Sunnah agar kuat dan memiliki izzah sehingga disegani dan ditakuti oleh musuh-musuh Islam, baik dari blok Barat yang diwakili Amerika dan Uni Eropa maupun dari blok Timur yang diwakili oleh Rusia dan negara-negara komunis pecahan Uni Soviet serta negara-negara yang diperintah oleh Syiah yang diwakili oleh Iran dan Syiria.

Kata dia, umat Islam tidak boleh menjadi pengekor dan pecundang serta loyalis kepada musuh-musuh Allah ta’ala. Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya. Selama ini, umat Islam dijajah dan dibunuh serta Islam dilecehkan karena umat Islam tidak bersatu dan meninggalkan Alqur’an dan As-Sunnah sehingga umat Islam lemah dan kalah dalam pertempuran serta mengalami kemunduran dan pelecehan.

“Artinya, umat Islam harus menjadi pemimpin dunia dan rahmat bagi seluruh manusia di dunia sebagaimana Islam dulu pernah mencapai kejayaan dan memimpin dunia selama berabad-abad sejak masa pemerintahan Nabi saw, para khulafaurrasyidin, para khalifah Umawiyyah, para khalifah Abbasiyyah dan terakhir para khalifah Turki Usmaniyyah,” demikian Ustadz Muhammad Yusran Hadi. (b02)

Keterangan Foto : Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Dr.Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA. Waspada/T Mansursyah

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE