SIGLI (Waspada.id): Di ufuk timur Kota Sigli, hamparan laut biru Pantai Pelangi terbentang indah memanjang. Ombaknya tenang, anginnya lembut, dan panorama senjanya menawan. Namun di balik keelokan alami itu, tersimpan ironi. Pantai Pelangi bak permata yang belum diasah indah, tetapi belum berkilau.
Kawasan yang seharusnya menjadi wajah pariwisata Kabupaten Pidie ini masih tampak kumuh dan tidak tertata. Beberapa lapak berdiri seadanya di tepi tanggul, sampah berserakan di sudut pantai, dan fasilitas publik hampir tidak terlihat. Belum ada tanda-tanda bahwa kawasan ini pernah dirancang sebagai destinasi wisata potensial.
Padahal, dengan posisi strategis di jantung ibu kota kabupaten, Pantai Pelangi memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi ikon wisata modern yang mampu mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) dan menggerakkan ekonomi lokal.
Potensi Besar Yang Terlupakan
Pemerhati pembangunan Kabupaten Pidie, Rahmad, menyebut Pantai Pelangi sebagai simbol dari banyak potensi daerah yang terabaikan. Ia menilai, keindahan pantai itu belum dikelola secara visioner dan kreatif, padahal jika dirancang dengan pendekatan wisata modern, kawasan tersebut bisa menjadi magnet baru bagi wisatawan.

“Pantai Pelangi ini ibarat permata yang belum diasah. Indah, tetaapi belum tersentuh tangan-tangan yang punya visi. Kalau dibenahi dengan konsep wisata modern, bisa jadi wajah baru Pidie,” ujar Rahmad di Sigli, Senin (4/11).
Menurutnya, Pantai Pelangi memiliki modal dasar yang kuat: garis pantai panjang, akses jalan yang mudah, dan pemandangan laut yang langsung menghadap Selatan Malaka. Semua unsur itu seharusnya cukup untuk menarik wisatawan, asalkan ada keberanian pemerintah daerah untuk mengubahnya menjadi kawasan wisata terpadu.
“Tanggul yang menjorok ke utara di bundaran Bilat bisa dijadikan dermaga wisata bergaya retro. Tambahkan taman hijau, area kuliner, dan jalur pedestrian tepi laut. Kalau ini dikerjakan serius, PAD Pidie akan naik signifikan,” katanya.
Kawasan Kota Yang Kehilangan Daya Tarik
Bagi sebagian warga, Pantai Pelangi mencerminkan wajah Kota Sigli secara keseluruhan, indah secara alami, tetapi kurang perawatan dan perhatian. Irwan, warga setempat, menilai penataan kota dan kawasan pantai masih jauh dari ideal.
“Kawasan depan Pendopo Bupati Pidie saja terlihat semrawut karena pasar kaget setiap hari. Pantai Pelangi pun nasibnya sama, tidak tertata, tidak ada konsep wisata. Kalau kota ini dirancang rapi, orang luar pasti datang,” ujarnya.
Menurut Irwan, akibat minimnya kawasan wisata yang representatif, masyarakat Pidie lebih banyak menghabiskan waktu dan uang ke Banda Aceh atau Aceh Besar.
“Padahal kalau Pantai Pelangi dikembangkan, uang masyarakat bisa berputar di daerah sendiri. Ada efek ganda bagi ekonomi lokal,” tambahnya.
Butuh Visi Dan Keberanian
Rahmad menilai, lambannya pengembangan Pantai Pelangi berakar pada kurangnya visi dan keberanian dari pejabat daerah. Ia mengkritik pendekatan pembangunan yang masih bersifat rutinitas, tanpa ide kreatif yang bisa menumbuhkan ekonomi baru.
“Selama ini pejabat kita berpikir administratif, bukan kewirausahaan. Mereka hanya menunggu program pusat tanpa berani menggali potensi lokal. Padahal untuk menata Pantai Pelangi tidak perlu anggaran besar, cukup kemauan dan perencanaan,” katanya.
Ia mencontohkan, anggaran sekitar Rp5 miliar sudah bisa digunakan untuk penataan dasar kawasan pantai, seperti pengaspalan tanggul, pembangunan taman hijau, area kuliner, dan fasilitas publik sederhana.

“Kalau dikelola secara profesional, wisata ini bisa hidup dan menambah PAD,” tegasnya.
Membangun Wisata Modern Berbasis Masyarakat
Para pemerhati menilai, pembangunan wisata di Pidie tidak boleh hanya berhenti pada pembangunan fisik. Pemerintah perlu membangun ekosistem wisata modern yang melibatkan masyarakat lokal, pelaku UMKM, hingga komunitas kreatif.
“Wisata bukan sekadar bangunan dan taman, tapi tentang pengalaman dan interaksi. Kalau warga dilibatkan, mereka akan merasa memiliki dan ikut menjaga kawasan,” ujar Rahmad.
Ia menyarankan agar Pemkab Pidie segera menyusun master plan wisata modern berbasis masyarakat. Dalam rencana tersebut, pemerintah dapat menggandeng investor, akademisi, dan komunitas lokal untuk menciptakan destinasi wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Harapan Baru Dari Pesisir Sigli
Pantai Pelangi sejatinya bisa menjadi titik balik bagi wajah Pidie di mata publik. Sebagai daerah dengan sejarah panjang dan budaya yang kuat, Pidie memiliki peluang untuk memperkenalkan diri melalui wisata bahari yang tertata modern namun tetap bernuansa tradisional Aceh.
Rahmad berharap pemerintah daerah tidak lagi menunda langkah. “Kalau potensi seperti Pantai Pelangi terus diabaikan, Pidie hanya akan menjadi penonton di tengah geliat wisata daerah lain. Padahal kita punya permata sendiritinggal diasah agar berkilau,” pungkasnya. (id69)













