ACEH UTARA (Waspada): Sebagian besar para pedagang terpaksa pindah dan gulung lapak menyusul rasa kecewa dengan kondisi Pasar Inpres Krueng Mane Desa Mane Tunong Kec. Muara Batu Kab. Aceh Utara terbiar amburadul tanpa kebersihan, air, listrik, toilet dan mushalla, Selasa (27/9).
Hal itu diungkapkan sebagian besar para pedagang Pasar Inpres Krueng Mane Meunasah Tunong, Senin (26/9), yang mengeluhkan kondisi amburadul pasar setempat sama sekali tidak ada perubahan atau terbiar tanpa sentuhan perhatian atau tanggung jawab.
Salah seorang pedagang Pasar Inpres Krueng Mane Darmawati mengatakan kondisi amburadulnya pasar setempat sudah berlangsung lama dan hingga kini masih belum ada upaya pemerintah melalui Disperindagkop Aceh Utara untuk mengatasi keluhan tersebut.
Akibat kecewa dengan kondisi pasar yang semrawut dan amburadul menyebabkan sebagian besar pedagang memilih gulung lapak dan pindah ke tempat baru.
Sehingga kondisi pasar setempat kini sepi dan hanya sebagian kecil pedagang saja yang masih bertahan.
Disebutkannya, para pedagang yang membayar retribusi pasar Rp6000/hari, masih mengeluhkan kondisi bangunan pasar yang kian pudar, tanpa ada listrik, air, toilet, dan mushalla.
Sehingga ketika ingin beribadah atau buang air terpaksa harus mencari jalan keluar sendiri. Begitu pun untuk kebutuhan listrik, karena tidak ada lagi meteran listrik maka pedagang terpaksa harus menumpang arus listrik warga.
Bahkan parahnya lagi, kondisi kebersihannya jauh dari harapan lantaran sampah terbiar menumpuk sembarang tempat hingga membusuk atau menebar aroma tak sedap.
Ironisnya lagi, pihak pemerintah melalui Disperindagkop sudah berulang kali berjanji akan mengatasi keluhan para pedagang. Tapi kenyataannya justru sampai sekarang belum ada pihak yang turun tangan untuk mengatasi persoalan di pasar setempat.
Sehingga masyarakat dan pedagang menilai pemerintah hanya membohongi publik dan terkesan membiarkan keluhan itu abadi sepanjang massa.
“Kondisi ini sudah bertahun -tahun kami sampaikan kepada aparatur desa, kecamatan Muara Batu hingga Disperindagkop Aceh Utara, namun semuanya menjawab akan mengatasi tapi kenyataan di lapangan sama sekali tidak ada yang turun tangan membereskannya,” ujarnya.
Tak hanya itu, di sisi lain para pedagang juga mengaku mulai menderita kerugian lainnya lantaran menjamurnya keberadaan pedagang yang membuka lapak liar ditepi jalan. Termasuk sebagian besar pedagang tak tahan dengan kondisi pasar kini telah banyak yang pindah tempat lain.
Sehingga kondisi tidak ada penertiban lapak liar membuat para pedagang dalam Pasar Inpres yang membayar retribusi setiap hari harus merugi dan kehilangan konsumen yang tidak lagi berbelanja dalam pasar setempat.
Karena konsumen lebih memilih berbelanja dilapak liar diatas saluran dan tepi jalan yang sama sekali tidak ditertibkan oleh petugas.
“Kami merasa sangat kecewa dengan pemerintah dan Disperindagkop yang mengabaikan keluhan pedagang yang sudah komplikasi dan sama sekali tidak ditangani. Kondisi yang semakin terbiar atau diabaikan pemerintah membuat para pedagang merugi secara materi dan materil,” tegasnya.
Sementara itu Kepala Disperindagkop Aceh Utara Iskandar yang dikonfirmasi via telepon selulernya membenarkan adanya keluhan pedagang terhadap kondisi pasar yang semrawut dan amburadul.
Iskandar sama sekali tidak membantah kondisi masalah pasar Inpres Krueng Mane yang selama ini tanpa air, listrik, toilet, dan mushalla dan lainnya.
Iskandar mengaku meski dirinya baru saja menjabat sebagai Kepala Disperindagkop, namun dirinya sudah memetakan semua keluhan pedagang tentang Kondisi pasar setempat.
Sehingga semua persoalan pasar akan segera diatasi dalam waktu dekat dan pihaknya akan bekerjasama dengan dengan segala unsur untuk dapat mengatasi semua keluhan pedagang.
“Saya pejabat baru dan sudah mengetahui semua keluhan pedagang tentang pasar. Semuanya sudah kita tampung dan akan memetakan semua masalah. Kami membutuhkan waktu untuk berkoordinasi berbagi pihak terkait agar segera mendapatkan solusi,” tuturnya.
Iskandar berjanji akan segera menanggapi semua keluhan pedagang dan mengatasinya secara pelan-pelan hingga pedagang tak lagi merasa dirugikan. (b09)