LANGSA (Waspada.id): Tekad kuat perjuangan dengan antrean panjang di bawah teriknya matahari dan debu, tak menyurutkan warga Langsa untuk dapat mengisi bahan bakar minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan membeli gas LPG di pangkalan, usai bencana banjir dan longsor yang melanda Kota Langsa, Aceh dan Sumatera, Rabu (3/12/2025).
Amatan wartawan, tanpa ada batas waktu, siang ke malam, warga bercucur peluh demi mendapatkan BBM untuk pengendara roda dua dan mobil yang terus mengular sepanjang 2-3 km jauhnya. Bahkan ada, warga yang harus menunggu sejak subuh dan menginap di SPBU untuk mendapatkan BBM di Kota Langsa.
Sementara di sisi lain, warga yang mayoritas wanita dan anak dengan menenteng tabung gas hilir mudik berjalan ke sana kemari, bahkan jika pun ada terpaksa harus mengantre demi mendapatkan gas di pangkalan gas LPG 3 kg.

Seorang pengendara sepeda motor, Sabtian, 30, warga Peureulak, Aceh Timur yang sedang mengungsi ke Kota Langsa mengaku, baru mendapatkan BBM di SPBU Matang Seulimeng Kota Langsa setelah mengantre sekitar 20 jam, sejak Selasa-Rabu (2-3/12) sekira pukul 13:15 Wib sampai 09:39 Wib.
Sementara, untuk minyak yang diisi dalam kendaraan roda dua sebesar Rp30 ribu, sedangkan warga yang membawa botol diisi BBM sebesar Rp15 ribu, oleh pihak SPBU. “Gangguan distribusi akibat banjir membuat banyak SPBU kehabisan stok minyak,” sebutnya.
Dia mengajak untuk mendoakan agar situasi ini segera membaik dengan harapan pasokan BBM segera kembali normal setelah wilayah yang terdampak banjir mulai surut.
“Semoga BBM cepat normal kembali, kita para korban banjir semuanya diberikan ketabahan, kesabaran, dan kemudahan dalam proses pemulihan,” ujar Sabtian.

Sementara, seorang ibu rumah tangga, Azizah, 39, warga Gampong Sungai Pauh Tanjong, Kecamatan Langsa Barat mengaku sudah mencari gas LPG ke sejumlah pangkalan terdekat namun tidak ditemukan dan ada yang sudah habis.
“Kami sudah bolak balik keliling kota, mulai pangkalan yang ada di Kecamatan Langsa Barat, Langsa Kota hingga ke Kecamatan Langsa Baro. Kita memaklumi jika harus antre karena banyak warga yang membutuhkan, apa lagi kita masih dalam suasana duka setelah musibah banjir,” urainya.
Ironisnya lagi, mencari gas juga membutuhkan minyak kenderaan, sementara minyak juga kosong di SPBU. “Inikan buah simalakama,” tuturnya.

Saat ini, sambungnya, masyarakat selain sulit mendapatkan BBM dan gas LPG, juga sudah krisis pangan, stok beras sudah menipis begitu juga dengan kondisi keuangan. “Bahkan hingga saat ini belum mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Langsa,” ujar Azizah dengan nada sedih.
Menurutnya, dengan kelangkaan energi tersebut membuat warga semakin mengeluh karena biaya hidup sehari-hari di tengah musibah ini begitu mahal dan semakin sulit. Mungkin kalau masyarakat menengah ke atas masih ada stok sembako, begitu juga kondisi keuangannya.
Sementara, ekonomi masyarakat menengah ke bawah sudah sangat memprihatikan, dampak musibah banjir ini. Oleh karenanya, dia berharap Pemerintah Kota Langsa secepatnya menyalurkan bantuan kepada masyarakat.
Saat ini, masyarakat tidak fokus mendirikan dapur umum lagi, karena umumnya masyarakat Kota Langsa sudah kembali untuk membersihkan rumah masing-masing. Tapi bagaimana menghadapi masa krisis pangan setelah bencana banjir, agar warga tidak terlantar dan kelaparan.
“Semoga kita semua yang terdampak bencana alam banjir ini diberikan ketabahan, kesabaran dan kekuatan oleh Allah Swt dalam menghadapi cobaan ini. Kita doakan agar situasi segera membaik,” pungkas Azizah. (Id75)












