ACEH SINGKIL (Waspada.id): Pemerintah Provinsi Aceh diminta turun tangan langsung, dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kaum nelayan di Kabupaten Aceh Singkil, dengan kondisi pendangkalan muara Kuala Baru.
Kepala Desa Kuala Baru Laut, Kecamatan Kuala Baru, Umaiyah, mewakili para kepala desa dan masyarakat lainnya mengeluhkan, kondisi muara kuala baru yang sangat menyulitkan nelayan saat hendak beraktivitas melaut, Minggu (12/10).
Sebab kondisi muara Kuala Baru sejak beberapa tahun terakhir ini sulit dilalui perahu nelayan yang hendak keluar dan masuk ke dermaga tambat, serta membahayakan jiwa masyarakat. Apalagi muara tersebut merupakan akses satu-satunya jalur masuk dari sungai ke laut dan sebaliknya.
“Ini adalah akses satu-satunya, tidak ada akses lain yang digunakan para nelayan, hanya muara Kuala Baru ini,” ungkapnya.

Sejak beberapa bulan terakhir tambahnya, jalur tersebut sangat mengkhawatirkan, di mana muara tersebut kian menyempit karena dipenuhi pohon tumbang dan kian dangkal.
Sehingga, boat maupun robin-robin para nelayan sulit untuk keluar masuk muara. Hal itu sangatlah mengkhawatirkan.
Apalagi muara tersebut juga sudah menelan korban. Dimana, saat keluar masuk melewati muara, sejumlah boat dan robin nelayan tenggelam.
“Muara ini juga sudah memakan korban jiwa lebih dari 5 orang. Bahkan ada beberapa orang korban mayatnya hingga saat ini belum ditemukan,” ucap Umaiyah.
Untuk mengatasi masalah itu, demi keselamatan para nelayan, juga demi mendongkrak perekonomian penduduk di kawasan itu, pihaknya atas nama masyarakat Kuala Baru pada umumnya, berharap kepada Pemerintah Aceh, agar segera membangun muara Kuala baru. “Harapan kami ini merupakan hajat hidup orang banyak. Semoga Pemerintah Aceh dapat segera merealisasikannya,” harapnya.
Harapan senada juga disampaikan Pimpinan Puskiyai Aceh, Krueng Baru, Kecamatan Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) Abu Dayah Manyang Tgk H Farmadi ZA MSc. Dimana, Guru Besar yang membina dan mengajar sejumlah muallaf di Kecamatan Pulau Banyak, yang disyahadatkannya beberapa tahun lalu, juga pernah mengalami musibah tenggelam bersama keluarganya dan berhasil selamat.
Musibah itu terjadi saat armada perahu mesin yang mereka tumpangi melintasi muara di Kuala Baru untuk menyeberang lautan, menuju ke Pulau Banyak, pada tahun 2017 silam.
Menurut Mursyid Tariqat Naqsyabandiyah ini, muara Kuala Baru adalah lintas yang tidak boleh di sepelekan. Diibaratkan, kalau jalan raya di darat kenderaan banyak terlambat dengan tumbangnya batang kayu dan longsor.
Sehingga tidak mungkin mobil bisa melintas. Dampaknya, terhambat segala sandang dan pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
“Mohon Pemerintah Aceh serius memperhatikan keluhan masyarakat ini. Kalau ditumpukan pada Pemerintah Kabupaten saja, rasanya mengenai kondisi ini tidak maksimal untuk menanganinya,” ujarnya. (id.81)