Aceh

Penanganan Bencana Aceh-Sumatera Lamban, Prabowo Ditipu Dan Tersandera Oleh Oknum Kabinetnya

Penanganan Bencana Aceh-Sumatera Lamban, Prabowo Ditipu Dan Tersandera Oleh Oknum Kabinetnya
Tokoh masyarakat Aceh Darussalam, Terpiadi A. Madjid.
Kecil Besar
14px

“Di mata saya, Presiden Prabowo Subianto itu baik. Sudah tiga kali dia mengunjungi Aceh pascabencana banjir bandang. Dalam kunjungannya, dia selalu mengatakan akan menangani persoalan ini dengan serius dan dia menyatakan Indonesia sanggup tanpa meminta bantuan asing. Dia juga mengatakan tidak akan membiarkan warga kelaparan di pengungsian dan akan membuat hunian-hunian sementara bahkan hunian itu nanti menjadi hunian tetap. Dan itu sudah menginstruksikan bawahannya. Namun, perintah presiden tidak berjalan. Dari sini saya berpendapat, kalau pak Prabowo telah ditipu dan tersandera oleh oknum kabinetnya.”

KETERANGAN di atas disampaikan oleh Tokoh Masyarakat Aceh, Terpiadi A. Madjid kepada Waspada.id, Kamis, tanggal 18 Desember 2025 di Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara. Gara – gara tingkah polah oknum Kabinet Merah Putih yang telah menghilangkan wibawa Prabowo di mata masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Salah satu oknum yang telah berkontribusi menghilangkan marwah Prabowo adalah Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, yang mengeluarkan pernyataan, temuan kayu gelondongan dalam jumlah besar, yang terseret banjir bukan hasil penebangan liar tetapi kayu-kayu gelondongan itu tumbang secara alamiah. Pernyataan Raja Juli Antoni mendapat kritikan pedas hingga memunculkan sindiran dari warga net, tentang adanya temuan tulisan angka di kayu-kayu tersebut, dan tulisan angka tersebut muncul karena terbentuk dari jamur.

“Seharusnya, Raja Juli Antoni tidak gegabah dalam mengeluarkan pernyataan, sebelum dilakukan investigasi resmi dari Kementerian Kehutanan. Akibat dari pernyataan yang asal-asalan itu telah terjadi kegaduhan di tengah masyarakat,” sebut Terpiadi.

Kemudian, datang lagi pernyataan yang menohok hati masyarakat terdampak bencna hidrometeorologi di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Pernyataan yang tidak kalah mirisnya dari pernyataan Raja Juli Antoni, keluar dari mulut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, yang menyatakan, bencana banjir bandang yang terjadi di Aceh, Sumut, dan Sumbar hanya terlihat mencekam di media sosial, tanpa melakukan cek dan cek langsung di tiga lokasi yang sedang terjadi bencana banjir dan longsor.

“Letjen TNI Suharyanto juga telah menjatuhkan wibawa Presiden Prabowo Subianto di mata masyarakat Aceh, Sumut, dan Sumbar. Dan bahkan, pernyataan itu menjatuhkan kredibilitas presiden di mata masyarakat Indonesia. Warga menilai, Prabowo tidak mampu merekrut orang – orang terbaik dalam kabinet Merah Putih,” ucap Terpiadi A. Madjid.

Belum lagi, saat Presiden Prabowo berkunjung ke Kabupaten Aceh Tamiang, belum lama ini ke lokasi bencana. Pada saat presiden datang, BNPB memasang tenda – tenda untuk pengungsi dalam jumlah banyak, tetapi tenda – tenda itu tidak ditempati oleh pengungsi karena di lokasi pengungsian tidak disediakan berbagai kebutuhan dasar pengungsi.

Selanjutnya, pada kunjungan Prabowo ke Kabupaten Bireuen, Presiden sempat menanyakan tentang berapa persen PLN sudah menyala di Aceh, kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Dengan percaya diri, si Bahlil, sebut Terpiadi A. Madjid, menjawab, PLN di Aceh sudah menyala 93 persen.

“Pulang Presiden Prabowo ke Jakarta, listrik masih padam di Nanggroe Aceh Darussalam. Masyarakat menilai, si Bahlil sudah membohongi Prabowo. Selanjutnya, si Bahlil dihujat oleh masyarakat tentang kebohongan tersebut,” kata Terpiadi lagi, seraya menambahkan, meskipun ketiga menteri ini kemudian meminta maaf, namun permintaan maaf tersebut tidak bernilai karena pernyataan mereka telah melukai hati masyarakat.

Kemudian, ada pola pencitraan yang dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, yang memanggul beras di tengah masyarakat yang sedang dilanda bencana dan mengalami krisis pangan.

Jubir Posko Tanggap Bencana Aceh Murthala: Kami Sudah Putus Asa Berharap Pada Pemerintah Pusat

Pandangan Terpiadi A. Madjid sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah Aceh, Murtalamuddin saat diwawancarai langsung oleh penyiar CNN Indonesia, Rabu, tanggal 17 Desember 2025. Kata Murthala dalam wawancara tersebut, Presiden harus menerima informasi dari orang – orang yang dapat dipercaya.

Contohnya, kata Murthala, ketika Presiden mengatakan bisa menggerakkan puluhan helikopter untuk mengangkut bantuan dan mengangkut BBM dari udara dan itu sama sekali tidak benar. Seandainya itu benar, maka, kata Murthalamuddin, sungguh masyarakat yang tinggal di Gayo Lues, Aceh Tengah dan Bener Meriah tidak terisolasi hingga saat ini.

“Pernyataan bawahannya, telah menghancurkan kredibelitas presiden di hadapan rakyatnya. Sampai hari ini, masyarakat di tiga kabupaten itu berjalan kaki ke Aceh Utara dan Bireuen dengan mamanggul hasil kebun untuk dibarter dengan bahan pokok. Lalu kembali lagi ke tempatnya dengan memanggul beras dan BBM,” sebut Murthalamuddin yang ikut didengar oleh Tenaga Ahli Utama Kantor Kepresiden, Respiratori, Saddam Al Jihad.

Jubir Posko Tanggap Bencana Aceh Murthalamuddin, S.Pd., MSP

Lalu, Murthala bilang kepada penyiar CNN Indonesia dan Saddam Al Jihad, yang paling dibutuhkan masyarakat terdampak banjir terutama masyarakat yang masih terisolasi di Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah adalah pendistribusian bantuan lewat udara. Dan ini yang harus dilakukan sesegera mungkin.

“Yang ingin saya sampaikan adalah seluruh perintah Presiden Prabowo Subianto tidak berjalan ke bawah. Kalau tidak percaya silahkan cek ke Aceh Tamiang. Tidak ada korban banjir yang mau tinggal di tenda yang dibangun BNPB. Kenapa tidak mau tinggal, karena di sana tidak tersedia berbagai kebutuhan dasar masyarakat. Sekarang tidak berbicara lagi tentang kedaulatan dan batas demografi, tapi bicara tentang kemanusiaan,” sebut Murthala kepada Saddam Al Jihad yang terlihat mengangguk – angguk kepala di layar televisi.

Pada kesempatan itu, Murthala juga bilang, Pemerintah Aceh sudah putus asa berharap bantuan dari pemerintah pusat. Yang ada, kata dia, saat ini terjadi keributan gara – gara TNI menyita logistik untuk dibagikan. Padahal, tugas mereka adalah mengamankan proses distribusi. Jangan mendatangi posko bantuan lalu mengangkut.

Di akhir wawancara, penyiar CNN Indonesia meminta kalimat penutup kepada Murthala. Dan Murthala bilang, pada saat terjadi tsunami di Aceh, hanya setengah hari masyarakat kelaparan dan listrik padam hanya satu hari. Setelah itu semua distribusi lancar.

Presiden Prabowo Ditipu Dan Tersandera

Terpiadi A. Madjid membenarkan apa yang disampaikan oleh Juru Bicara Posko Tanggap Bencana Aceh, Murthalamuddin. Pertama, Presiden mendapatkan informasi yang tidak benar dari bawahannya. Kemudian, tangan – tangan Prabowo tidak serius dalam memikirkan dan membantu dirinya dalam menangani masalah bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar.

“Contoh seperti ulasan saya tadi di atas, ada empat menteri yang bertingkah buruk di hadapan publik yang sedang mendapatkan bencana alam. Kemudian, sudah 20 hari penanganan bencana tidak maksimal. Banyak sekali masyarakat yang masih kelaparan di Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah,” kata Terpiadi.

Lambannya penanganan pascabencana di tiga provinsi ini, kata Terpiadi, pemerintah pusat terkesan melakukan pembiaran korban banjir dan longsor kelaparan atau memang ada hal-hal lain yang membuat kinerja pemerintah seperti itu. Pastinya, penanganan bencana di tiga provinsi ini tidak seperti semestinya dan dapat dikatakan tidak serius.

“Presiden bilang sanggup mengatasi sendiri. Dan saya yakin, pemerintah pusat sanggup melakukannya. Tapi kenapa sampai saat ini masyarakat masih terbiarkan kelaparan. Persoalan mencukupi kebutuhan dasar saja belum becus dilakukan. Ini belum bicara rehab dan rekon. Selesaikan dulu masalah kelaparan yang dialami korban banjir dan longsor. Jangan biarkan mereka kelaparan pak presiden,” pinta Terpiadi A. Madjid.

Ditanya apa yang harus dilakukan oleh Presiden Prabowo agar penanganan pascabencana banjir bandang ini dapat berjalan cepat sesuai harapan masyarakat, Terpiadi A. Madjid bilang, Prabowo harus segera melepaskan diri dari tersandera.

Ditanya tersandwra seperti apa, Terpiadi mengatakan, Presiden Prabowo tersandera oleh bawahannya (oknum kabinet). Sebagai bukti, empat menteri mengeluarkan macam – macam komentar yang tidak bermutu dan menghancurkan kredibelitas presiden. Padahal, Prabowo sudah tiga kali berkunjung ke Aceh pascabencana dan Prabowo ditipu oleh anak buahnya.

“Jangan sampai pengungsi tidak mendapatkan logistik dan jangan sampai korban banjir di daerah terisolasi mati akibat kelaparan, kesehatan buruk, dan kelelahan. Pak Presiden harus tegas dan segera melepskan diri dari sandra oknum kabinet. Mereka menipu bapak dengan informasi tidak benar,” demikian Terpiadi A. Madjid.

Maimun Asnawi, S.Hi.,M.Kom.I

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE