SIGLI (Waspada.id): Hujan yang turun berhari-hari membuat Sungai SP7 (Sungai Busu-red) dalam tutur warga, kembali memperlihatkan wataknya yang tidak bisa ditebak.
Airnya mengalir deras, keruh, membawa ranting dan serpihan yang terlepas dari hulu. Setiap gelombang yang menghantam dinding tanggul seperti pesan samar tentang sesuatu yang bisa datang kapan saja.
Di Peukan Baro, tidak ada yang benar-benar tidur nyenyak ketika curah hujan meningkat. Di 48 gampong yang berada di bawah kecamatan ini, terutama di Mukim Bambi yang saban tahun dua kali menanggung banjir, suara sungai menjadi alarm alam yang tidak pernah bisa diabaikan.

Gampong Blang Raya, Lueng Masjid, dan Teungoh Baroh, tiga titik yang paling sering terendam mulai menyiapkan karung pasir dan mendongkrak perabot rumah, sebuah ritual yang selalu berulang.
Camat Peukan Baro, Iswadi, S.HI., berdiri di tepi sungai kemarin malam sembari tanganya memegang payung. Hujan deras mengguyur, tanah liat lembek di bawah kakinya. Ia memandang aliran SP7 yang menggembung dan berkata pelan, “Sungai ini berubah dalam hitungan menit. Kalau sudah penuh, tak ada yang bisa menahan.” Suaranya tenggelam dalam deru air yang menghantam pinggiran sungai.
Forkopimcam Peukan Baro bergerak cepat. Kapolsek AKP Kusman, SE, menambah personel penjaga di titik-titik kritis. Di radio komunikasi internal mereka, laporan debit naik dan saluran tersumbat datang silih berganti. “Satu gangguan kecil di hulu bisa menjadi genangan besar di hilir,” ujarnya.
Dari Markas Koramil 06/Peukan Baro, Kapten Inf. A. Fitra Nugraha menyampaikan peringatan yang lebih keras, sampah. Di matanya, tumpukan sampah yang menyumbat alur sungai bukan sekadar kelalaian, tetapi ancaman langsung bagi kehidupan warga.
“Kalau aliran macet, air akan mencari jalan sendiri. Dan jalan itu sering menuju rumah-rumah warga. Ini bukan teori, ini sudah sering terjadi,” katanya tegas.

Sementara itu, di Puskesmas Peukan Baro, dr. Syarifah Nurul Alam, Sp.KKLP, menyiapkan tim untuk kemungkinan buruk. “Air itu membawa banyak hal,” ujarnya. “Tak hanya lumpur, tapi juga penyakit.” Ia menyebut infeksi kulit, diare, dan penyakit pernapasan sebagai ancaman yang biasanya menyusul banjir.
Forkopimcam merilis empat imbauan yang disebar melalui gampong-gampong.Yaitu, Pantau perubahan arus sungai setiap waktu., Jauhi bantaran saat hujan turun tanpa henti. Segera lapor bila melihat tanda-tanda bahaya, dan Selamatkan diri serta keluarga lebih dulu sebelum memikirkan yang lain.
Hari ini, di sepanjang Sungai SP7, warga kembali menggantung harapan mereka pada langit yang mudah berubah dan sungai yang mudah marah. Mereka tahu, banjir bukan sekadar bencana: ia adalah tamu lama yang selalu tahu jalan pulang.(id69)












