Scroll Untuk Membaca

Aceh

Pilgub Aceh Tegang Dan Memanas, Pendukung Saling Serang Dengan Bahasa Tak Sopan

Akademisi IAIN Lhokseumawe, Dr Bukhari, MH, CM. Waspada/Ist
Akademisi IAIN Lhokseumawe, Dr Bukhari, MH, CM. Waspada/Ist
Kecil Besar
14px

LHOKSEUMAWE (Waspada): Pilkada Aceh baru akan berlangsung beberapa bulan ke depan, namun ketegangan antar pendukung sudah mulai terasa. Para pendukung dari masing-masing calon kandidat mulai saling serang dengan penggunaan bahasa yang tidak sopan.

Proses pendaftaran bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh berakhir pada 29 Agustus 2024. Proses pendaftaran masing-masing bakal calon berjalan lancar, namun dinamika di dunia maya justru menunjukkan sebaliknya.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Pilgub Aceh Tegang Dan Memanas, Pendukung Saling Serang Dengan Bahasa Tak Sopan

IKLAN

Dua pasangan calon yang telah mendaftar yaitu Muzakir Manaf (Mualem) dan Fadlullah, serta Bustami Hamzah dan Tgk Muhammad Yusuf A. Wahab, kini menjadi pusat perhatian. Bukan hanya karena visi-misi mereka, tetapi juga karena aksi pendukung masing-masing di media sosial.

Dalam beberapa hari terakhir, ruang-ruang diskusi publik di Aceh dipenuhi oleh saling serang antara pendukung kedua kubu. Amatan Waspada di berbagai sosial media, tidak sedikit dari mereka yang melontarkan ejekan, sindiran, hingga kata-kata kasar yang jauh dari adab kesopanan yang seharusnya dijunjung tinggi, terutama di Aceh, wilayah yang memberlakukan Syariat Islam.

Fenomena ini, menurut Waspada, telah menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan masyarakat, khususnya dari kalangan akademisi dan ulama.

Munculnya persoalan di atas, Waspada berupa mengonfirmasi salah seorang akademisi terkemuka dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Dr. Bukhari, M.H.,CM, Minggu (1/9).

Kepada Waspada, dia menyatakan keprihatinannya atas situasi ini. “Syariat Islam di Aceh tidak hanya mengatur hukum, tetapi juga mengatur bagaimana kita beretika dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam politik. Saling ejek antara pendukung ini mencederai nilai-nilai Islam yang seharusnya menjadi pedoman kita semua,” tegasnya.

Menurut Dr. Bukhari, Pilgub Aceh 2024 seharusnya menjadi ajang bagi masyarakat untuk menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik

“Ini bukan sekadar kontestasi untuk memenangkan kursi kekuasaan, tetapi kesempatan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Aceh mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam berpolitik.”

Lebih jauh, Dr. Bukhari, M.H.,CM memgingatkan seluruh masyarakat Aceh bawah Syariat Islam yang berlaku di Aceh mengharuskan setiap muslim untuk menjaga lisan dan perbuatan.

“Ini adalah waktu yang tepat bagi semua pihak—calon, tim sukses, maupun pendukung—untuk menunjukkan bahwa Aceh bisa menjadi contoh dalam mengaplikasikan Syariat Islam dalam politik,” sebutnya.

Dengan suhu politik yang mulai memanas, Dr. Bukhari berharap masyarakat Aceh tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Ia menekankan pentingnya menjaga adab dan menghindari provokasi yang hanya akan merusak tatanan sosial.

“Semua pihak harus lebih mengedepankan dialog yang santun dan konstruktif, sesuai dengan semangat Syariat Islam yang telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Aceh,” pungkasnya.

Sebagai wilayah yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, kata Bukhari kepada Waspada, Aceh diharapkan mampu menjadi teladan dalam menjalankan proses demokrasi yang beradab dan beretika, sehingga Pilgub 2024 bukan hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, tetapi juga sebagai sarana memperkuat nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat. (b07).

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE