Potret Jalan Lampoih Saka-Waido, Musim Kemarau Berdebu, Hujan Berlumpur

- Aceh
  • Bagikan
Mini Bus L-300 berjalan pelan-pelan saat melintas jalan Keude Lampoih Saka-Waido , Kecamatan Peukan Baro, Kabupaten Pidie. Kendaraan bus umum itu sengaja berjalan pelan-pelan agar tidak membuat terpaan debu yang tidak sehat saat dihirup oleh pengguna jalan yang lain, Rabu (24/5) Waspada/Muhammad Riza
Mini Bus L-300 berjalan pelan-pelan saat melintas jalan Keude Lampoih Saka-Waido , Kecamatan Peukan Baro, Kabupaten Pidie. Kendaraan bus umum itu sengaja berjalan pelan-pelan agar tidak membuat terpaan debu yang tidak sehat saat dihirup oleh pengguna jalan yang lain, Rabu (24/5) Waspada/Muhammad Riza

SIGLI (Waspada): Akses jalan dari Keude Lapoih Saka menuju Gampong (desa-red) Waido, Kecamatan Peukan Baro, Kabupaten Pidie rusak parah.

Jalan yang menjadi kewenangan Kabupaten Pidie itu dengan panjang sekira enam kilometer, berdebu saat kemarau, dan berlumpur saat musim hujan. Meski warga sering mengeluhkan kerusakan infrastruktur jalan antarkecamatan dalam Kabupaten Pidie tersebut, namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan diaspal.

Setiap hari, ribuan masyarakat dari Kecamatan Peukan Baro dan Kecamatan Simpang Tiga yang berjalan dan melewati jalan tersebut menimpa musibah. Misalkan seperti terjatuh dari atas motor, akan tetapi jalan itu tetap dibiarkan rusak berat dan tidak tersentuh pembangunan.

Di lokasi Gampong Waido Meunasah Baroh ini ada sekira 200 meter panjang jalan tidak terlihat lagi aspalnya. Seluruh bagian jalan terlihat sudah hancur dan berlubang. Ironisnya, pada saat musim kemarau jalan ini berdebu sedangkan saat hujan turun jalan langsung berubah menjadi kolam dadakan.

Kondisi tersebut bisa anda temukan di sejumlah titik lokasi ketika anda meliwati jalur tersebut. Diantaranya, di kawasan Gampong Waido Meunasah Baroh. “Kami di sini bila tiba musim penghujan akses jalan sulit dilewati, karena kondisi jalan berlumpur dan air tergenang karena jalanannya berlubang. Sementara pada saat musim kemarau seperti sekarang, jalanan ini berdebu terlebih saat dilintasi mobil. Sebab, lubang jalan yang ditutup pasir berbatu akan diterpa angin ketika dilintasi mobil maupun sepeda motor” ucap Usmadin, 34, warga Waido.

Usmadin, menuturkan kerusakan jalan tersebut sudah bertahun-tahun. Akan tetapi, hingga kini belum ada tanda-tanda akan dilakukan perbaikan. Padahal status jalan merupakan jalan poros kabupaten. Begitupun dia mengungkapkan bahwa sepanjang ada terdapat lembaga pendidikan dan Pesantren. Bahkan ada pasar tradisional juga. Artinya akses ini cukup vital bagi masyarakat, katanya.

Safwan, 35 tahun warga Gampong Blang, Kecamatan Simpang Tiga menyampaikan, kondisi jalan Keude Lampoih Saka-Waido, Kecamatan Peukan Baro, Kabupaten Pidie ini terakhir diaspal sekira tahun 2008. Dulu kata dia, jalan tersebut beraspal dan kini berlubang, dan lubang-lubangnya pada musim hujan mirip kubangan Kerbau di sawah. Bahkan, kedalaman lubang hampir 50 meter. Selama ini lubang jalan itu hanya ditutup menggunakan sirtu. Akibatnya, ketika musim hujan jalanan berlumpur. Kondisi itu tentu sangat menganggu kenyamanan berkendara.

“Rusaknya jalan ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya karena selama ini pemerintah tidak pernah melakukan pemeliharaan sehingga lubang yang dulunya kecil sekarang jadi besar. Kedua karena dilewati truk teronton angkutan beras yang tonasenya sangat berat,” terangnya.

Potret Jalan Lampoih Saka-Waido, Musim Kemarau Berdebu, Hujan Berlumpur
Kabid Bina Marga Dinas PUPR Kabupaten Pidie, Risnandar saat menerima Waspada.id di ruang kerjanya, Rabu (24/5) Waspada/Muhammad Riza.

Kabid Bina Marga, pada Dinas PUPR, Kabupaten Pidie Risnandar menjelaskan ruas jalan Lampoih Saka-Waido, ini meliputi Keude Lampoih Saka, Gampong Mns Dua Paya, Gampong Raya Paya, Kemukiman Bungie dan Waido. Lalu, ruas jalan Keude Kecamatan Simpang Tiga-Keude Lampoih Saka, meliputi Mesjid Rumpong, Gampong Blang, Cot Ara, Mangki dan Bunien, ini sudah pernah diusulkan pada Tahun Anggaran (TA) 2022.

Namun, karena dua ruas jalan ini ketika diusulkan pada sumber anggaran DAK masuk dalam koridor dua, pada saat itu anggarannya tidak cukup sehingga pembangunanya ditunda, sebab anggaran yang turun hanya cukup untuk membangun ruas yang masuk pada koridor pertama.

“Tahun ini kami lihat bagaimana kebijakannya. Apakah bisa kami naikkan usulan yang sama. Bila bisa kami naikkan pengajuan yang sama, ruas jalan itu bisa masuk ke koridor dua. Insya Allah kalau di koridor dua bisa lolos” katanya.

Dia mengungkapkan apabila dua ruas jalan tersebut bisa lolos pada koridor dua, dan diusulkan tahun 2023, ini artinya tahun 2024 bisa dikerjakan pembangunan jalan tersebut. “Pun begitu ada kami usulkan juga, pada sisa anggaran DAU tahun 2020. Dan usulan itu sudah ditandatangani oleh bapak Pj Bupati. Itu ada kami naikkan usulan jalan Lampoih Saka-Simpang Tiga dan Jalan Lampoih Saka-Waido” ujar Rismunandar.

Lanjut dia, Pemkab Pidie dalam hal ini Dinas PUPR Kabupaten Pidie bukan tutup mata atau tidak tanggap, akan tetapi keterbatasan anggaran yang mengakibatkan perbaikan jalan menjadi terhambat dilakukan. Risnandar berharap dengan adanya surat pengajuan, bisa secepatnya di follow up oleh Kementerian PUPR terkait kondisi jalan yang rusak di Kabupaten Pidie.

Risnandar juga memahami kondisi jalan yang rusak tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi pengguna jalan, akan tetapi ini persoalan ketersediaan anggaran yang dimiliki Pemkab Pidie. (b06)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *